TEGAL, smpantura – Seorang bayi perempuan berusia sekitar tiga tahun, Cintya Rizki Azalia, hanya bisa berbaring di tempat tidur karena mengalami gizi buruk.
Bayi pasangan Isfandi (49) dan Lina Handayani (37), warga Desa Kaligangsa Wetan RT 02/ RW 06, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes ini juga menderita stunting.
Cintya yang saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamat Kulon RT 05 RW 03, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, hanya bisa menangis dan belum bisa berbicara.
“Saat lahir kondisinya normal, berat badannya 2,7 kilogram. Cintya divonis gizi buruk saat berusia dua tahun lebih lima bulan, sekira delapan bulan lalu, tepatnya pada Agustus 2022,” ungkap Isfandi.
Menurut Andi, demikian dia akrab disapa, putri keduanya itu awalnya mengalami sakit flu, demam dan kejang. Kemudian dilarikan ke RSUD Brebes dan ditangani dokter setempat dengan diberikan suntikan kejang.
Selama tiga hari perawatan, Cintya diberi susu formula, tetapi dampaknya tidak bisa BAB. Bahkan, terkadang Cintya harus mengejan sekuat tenaga. Kondisinya juga sempat kolaps hingga dibawa ke ruang ICU.
“Cintya hanya bisa menangis dan belum bisa berbicara. Untuk makanan sehari-hari, dia harus mengonsumsi susu khusus melalui selang NGT setiap tiga jam sekali,” katanya.
Andi bersyukur, anaknya memperlihatkan perkembangan yang baik setelah menjalani pengobatan di RSUD Kardinah, Kota Tegal.
Dari semula tidak bisa apa-apa, kini bisa menangis.
Menurut dokter, sambung Andi, Cintya bisa kembali normal lagi seperti sediakala. Asalkan harus melakukan perawatan lanjutan untuk menangani bentuk fisik yang mengalami perubahan.
“Alhamdulillah ada harapan untuk kembali normal dan ada kemajuan, seperti kaki yang semula lurus kini bengkok,” ungkapnya.
Andi mengaku, belum ada bantuan dari pemerintah untuk membantu pengobatan Cintya. Baik bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) maupun bantuan khusus untuk anak gizi buruk dan stunting.
Untuk pengobatan sendiri, awalnya menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desanya di Kabupaten Brebes. Tetapi kini ia menggunakan BPJS yang dibayarkan menggunakan potongan gajinya sebagai satpam.
“Dari awal saya berkeluarga saya belum pernah mendapat yang namanya bantuan, PKH atau apapun itu. Bahkan sampai dikatakan kategori gizi buruk dan stunting juga tetap tidak ada,” ujarnya.
Andi mengatakan, keluarganya hidup dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. Ia bahkan sampai mencari pekerjaan tambahan dengan mengamen untuk menambah pemasukan keuangan.
Anak pertamanya yang seharusnya duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Wanasari, Kabupaten Brebes, diminta mengundurkan diri oleh pihak sekolah karena menunggak bayar SPP.
Saat ini fokusnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memberikan susu khusus gizi buruk. (T03-Red)