Ini Enam Budaya Gotong Royong di Brebes Yang Masih Terlestari

BREBES, smpantura – Kabupaten Brebes yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuat masyarakatnya mempunyai budaya campuran antar kedua provinsi tersebut. Hal ini membuat Brebes memiliki keunikan budaya tersendiri. Salah satunya, sebagian masyarakatnya menggunakan Bahasa Sunda untuk percakapan sehari-harinya. Sementara, di sebagian lainnya memakai bahasa Jawa.

Begitu juga dengan budaya dan tradisi masyarakatnya, juga terpengaruh dengan budaya Jawa dan Sunda. Budaya gotong royong misalnya, yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Di Brebes, masyarakatnya juga mempunyai budaya gotong royong yang unik. Pengiat Budaya yang juga Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Brebes, Muamar Riza Pahlevi, dalam blog pribadinya mencatat, ada enam budaya gotong royong masyarakat Brebes yang hingga kini masih terlestari.

“Dari catatan kami, ada enam budaya gotong royong masyarakat Brebes yang masih dijalankan dan terlestari hingga hari ini,” ucap Riza Pahlevi. Dia menyebutkan, keenam budaya gotong royong masyarakat Brebes yang masih dilakukan dikehidupan sehari-hari meliputi :

1. Kerigan
Kata Kerigan ini, berarti kerja bakti bersama seluruh warga di suatu lingkungan, seperti RT, RW atau suatu pedukuhan, bahkan hingga satu desa. Kerigan ini dilakukan masyarakat Brebes setiap hari-hari tertentu, atau setiap saat kalau dirasa perlu. Seperti, kerigan untuk membersihkan saluran air dan sampah rumah tangga di lingkungan. Istilah kerigan ini, sekarang sudah jarang digunakan, masyarakat dan pemerintah lebih sering menggunakan istilah kerja bakti, gerakan Jumat Bersih atau Minggu Bersih dan sebagainya.
2. Sambatan
Kata Sambatan juga berarti gotong royong di antara sesama warga. Istilah sambatan ini lebih mengarah kepada istilah tolong menolong di antara sesama warga. Ketika ada seorang warga, yang mempunyai pekerjaan atau pun hajatan, biasanya pemilik pekerjaan atau hajatan itu akan meminta sambatan kepada tetangga-tetangga terdekatnya. Misalnya saat seorang warga akan membangun sebuah rumah. Biasanya warga akan melakukan sambatan saat membuat pondasi rumah. Sambatan ini sampai saat ini masih dilakukan masyarakat Brebes.
3. Sinoman
Sinoman atau senoman, juga merupakan salah satu bentuk gotong royong yang hingga kini masih menjadi budaya masyarakat Brebes. Dalam bahasa Indonesia, sinoman atau senoman berarti membantu orang yang sedang punya hajat. Baik hajatan pengantenan atau pun sunatan.Budaya sinoman ini, umumnya dilakukan oleh warga yang masih memiliki unsur kekerabatan, namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh tetangga-tetangga dekatnya. Sinoman dilakukan biasanya saat pemilik hajatan membuat kue atau pun makanan seperti berkat, adep-adep atau yang lainnya. Mereka yang sinoman itu, biasanya datang sendiri dan tidak dibayar.
4. Telitian
Gotong royong masyarakat Brebes tidak hanya dari segi fisik, tenaga dan jasa atau pemikiran saja, namun juga dalam bentuk materi atau harta. Gotong royong ini, dilakukan saat seorang warga memiliki hajatan atau sedang membangun rumah. Bantuan dalam bentuk materi atau harta ini sering disebut dengan Telitian, atau ada yang menyebutnya dengan sumbangan, tetapi pada waktunya nanti harus bergantian. Tujuannya, selain membantu pemilik hajat, juga untuk kepentingan dirinya sendiri. Karena dipastikan, saat diri sendiri menggelar hajatan, juga membutuhkan materi dan harta yang banyak.
5. Ajak
Budaya Ajak ini masih terlestari di wilayah Brebes yang lebih kental dengan pengaruh Sunda. Budaya ini dilakukan saat seorang warga tengah membuat rumah. Warga, baik tetangga maupun saudara dekat, berbondong-bondong datang untuk membantu membangun rumah tersebut. Ajak ini dilakukan secara sukarela, baik berupa tenaga kerja maupun logistik, seperti makanan dan minuman, sembako, rokok serta bahan material hingga uang. Tradisi ajak ini, bisa diikuti ratusan orang di kampung tersebut, sehingga dalam waktu beberapa hari saja, rumah yang dibangun itu langsung jadi.
6. Tilik
Budaya masyarakat Brebes lainnya yang hingga kini masih sangat kuat adalah budaya Tilik. Budaya ini hampir menyebar di seluruh wilayah Brebes, baik yang berasal dari wilayah Jawa maupun Sunda. Tilik berarti menjenguk, menengok warga kepada warga yang lain. Tujuannya adalah menyambung tali silaturahmi, antara saudara, teman dan tetangga. Budaya tilik biasanya dilakukan saat ada warga yang melahirkan, istilahnya tilik bayi. Jika ada yang sakit, maka istilahnya tilik orang sakit. Termasuk jika ada orang mau berangkat haji atau sepulang haji, juga ada istilah tilik haji. (T07_Red)

BACA JUGA :  Mitos Kejatuhan Cicak di Kepala, Pertanda Apa Itu?

Baca Juga

Loading RSS Feed

error: