Oleh Gunawan Adib Achmadi, Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Politeknik Harapan Bersama
Setiap orang itu jenius, kata Einstein. Tapi jangan nilai ikan itu dari kemampuannya memanjat pohon. Sampai kapanpun ikan akan bodoh jika disuruh memanjat. Lebih menyedihkan lagi ikan percaya dirinya bodoh dengan ukuran memanjat itu.
Kejeniusan ikan ada di tempat berair. Kuda jenius di arena pacuan. Burung akan tampak cemerlang ketika berada di angkasa raya. Kejeniusan harus diletakkan pada porsinya.
Habibie adalah salah satu manusia jenius yang dimiliki bangsa ini dan dunia dalam urusan teknologi dirgantara. Tapi jangan tandingkan dengan Alip Ba Ta yang juga dikagumi dunia dalam bermain gitar.
Keduanya jenius dalam bidang masing-masing. Salah tempat dalam membuat ukuran, keduanya bisa sama-sama tampak bodoh.
Kejeniusan manusia harus diletakkan pada tempatnya. Lingkungan, khususnya lembaga pendidikan harus bisa mengidentifikasi tipe kecerdasan siswanya. Jangan sampai terjadi salah dalam memberi penilaian yang bisa berakibat fatal.
Howard Gadner, menemukan alat mengukur beragam jenis kecerdasan manusia. Melalui penemuannya yang dikenal sebagai Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk), setidaknya ada sembilan jenis kecerdasan manusia.
Kesembilan kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan musikal, naturalis, linguistik, interpersonal, intrapersonal, visual spasial, logika matematika, kinestetik dan moral.
Setiap orang punya potensi kecerdasan masing-masing. Antara kecerdasan satu dengan lainnya tidak saling mengungguli. Posisinya sama. Semua akan hebat jika setiap potensi kecerdasan mendapat habitat yang tepat.