Sementara itu, dari kalangan pelajar juga merasakan manfaat dari kebijakan tersebut. Siswi MAN 2 Grobogan Rina menyebut dengan Rp 2000 ia kini bisa pergi-pulang, dari rumahnya di Semarang ke sekolahannya dan kembali lagi.
“Lebih murah, lebih enak. Karena terkadang kalau pulang uang saku sudah mau habis kalau harus menyisihkan 2 ribu. Sekarang dengan seribu rupiah lebih ringan. Fasilitasnya pun nyaman, tidak kepanasan dan bisa ngadem,” urainya.
Di sisi lain, penumpang kategori umum memaklumi terkait penyesuaian tarif Trans Jateng. Herma Dwi Handayani, satu di antaranya ia yang bukan kategori buruh, pelajar, lansia, veteran dan difabel, kini membayar harga tiket Rp 5.000.
“Saya sering naik Trans Jateng, hampir setiap hari. Sekarang naik jadi lima ribu. Untuk fasilitasnya saya akui nyaman banget. Kalau naik motor kan panas, kalau naik bis kan adem, tidak capek, bisa tiduran sambil istirahat. Harapannya bisa ditambah armadanya,” pungkas Herma.
Sementara, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengatakan bahwa kebijakan tersebur memberikan kemudahan sekaligus keringanan kepada masyarakat pengguna BRT.
“Transportasi mudah dan murah bagi buruh. Sebelumnya Rp2.000 jadi Rp1.000,” kata Ahmad Luthfi.
Gubernur Jateng itupun tak mempermasalahkan betul bahwa tidak semua buruh memiliki kendaraan bermotor. Opsi bantuan ini bertujuan memudahkan masyarakat para buruh menikmati transportasi murah penunjang aktivitas harian mereka.
“Diharapkan pemangkasan ini bisa menekan angka pengeluaran harian buruh,” tandasnya. **