TEGAL, smpantura – Sebanyak 183 orang, dari berbagai daerah di Jateng, digembleng dengan mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) Satuan Pengamanan (Satpam), dengan kualifikasi Gada Pratama Tingkat Polda, di SUPM Negeri Tegal, Rabu (30/7).
Kegiatan diklat itu, dibuka langsung Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda Jateng Kombes Siti Rondhijah, dan akan berlangsung selama 14 hari. Atau setara dengan 140 jam pelajaran. Tercatat, sebanyak 25 orang mendaftar lewat Baznas Kota Semarang.
Sebanyak 20 orang pendaftar, setelah melalui tahapan seleksi, dinyatakan lolos untuk mengikuti diklat satpam itu. Sedangkan, peserta lainnya berasal dari daerah lain di Jateng, termasuk peserta dari Kota Tegal.
”Diklat ini terselenggara, melalui program kolaborasi antara Ditbinmas Polda Jateng, BUJP PT Surya Artha Wiguna, dan Baznas Kota Semarang, dengan jumlah peserta mencapai 183 orang. Kami sangat mengapresiasi atas sinergi yang telah terjalin. Yakni, antara kepolisian (Polda Jateng), Baznas, dan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP),” terang Kombes Siti Rondhijah.
Mantan Kapolres Tegal Kota itu mengungkapkan, diklat yang digelar tersebut menjadi kebanggaan tersendiri, dan dinilainya merupakan terobosan bagus. Karena saling menguntungkan antarpihak. Baik penyelenggara, peserta dan perusahaan swasta, BUMN maupun instansi pemerintah tempat satpam itu berdinas. Atau bila kelak lulusan diklat bekerja di tempat tersebut.
Program diklat satpam dengan kualifikasi Gada Pratama Tingkat Polda, menurut dia, tidak hanya mencetak satuan pengamanan yang profesional. Tetapi juga menanamkan kesadaran sosial kepada peserta, untuk mendukung gerakan infak dan zakat setelah mereka bekerja.
Karena itulah, dalam diklat tersebut, selain mendidik menjadi satpam, peserta juga diarahkan untuk berkontribusi secara ikhlas kepada Baznas melalui infak. Itu dinilai luar biasa dan kreatif. Dia berpesan ke peserta, agar mengikuti diklat dengan serius dan penuh perhatian. Agar saat terjun ke lapangan tidak merasa canggung.
”Sehingga dapat lahir satpam yang unggul. Harus terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan sesudah mengikuti diklat,” tandas dia.
Dari pihak Baznas Kota Semarang, Afifah menyampaikan bahwa program itu merupakan bentuk nyata pengelolaan infak produktif.
”Infak dan sedekah yang kami kelola diwujudkan dalam bentuk pembiayaan pendidikan calon satpam dari masyarakat kurang mampu. Harapannya, setelah mereka bekerja, mereka bisa mandiri secara ekonomi,” terang dia.
Direktur PT Surya Artha Wiguna, Bambang Sukardi, menyatakan komitmennya, pihaknya tidak hanya berkontribusi mendukung penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Tetapi semaksimal mungkin membantu dalam penyaluran kerja bagi para lulusan.
“Kami tidak hanya mendidik, tapi juga berusaha menyalurkan mereka ke dunia kerja. Ini bagian dari kontribusi kami dalam membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran,” tandas dia.
Bambang menjelaskan, perusahaannya memiliki Unit Pengumpul Zakat (UPZ), yang terintegrasi dengan Baznas. Karena itulah dia berharap, setelah bekerja, para lulusan dapat turut memberikan kontribusi melalui zakat, infak, dan sedekah.
“Ini adalah siklus kebermanfaatan yang saling mendukung. Mereka dibantu saat belum bekerja, dan nantinya bisa membantu kembali setelah mandiri,” ucap dia. (**)