Karena itulah, dalam diklat tersebut, selain mendidik menjadi satpam, peserta juga diarahkan untuk berkontribusi secara ikhlas kepada Baznas melalui infak. Itu dinilai luar biasa dan kreatif. Dia berpesan ke peserta, agar mengikuti diklat dengan serius dan penuh perhatian. Agar saat terjun ke lapangan tidak merasa canggung.
”Sehingga dapat lahir satpam yang unggul. Harus terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan sesudah mengikuti diklat,” tandas dia.
Dari pihak Baznas Kota Semarang, Afifah menyampaikan bahwa program itu merupakan bentuk nyata pengelolaan infak produktif.
”Infak dan sedekah yang kami kelola diwujudkan dalam bentuk pembiayaan pendidikan calon satpam dari masyarakat kurang mampu. Harapannya, setelah mereka bekerja, mereka bisa mandiri secara ekonomi,” terang dia.
Direktur PT Surya Artha Wiguna, Bambang Sukardi, menyatakan komitmennya, pihaknya tidak hanya berkontribusi mendukung penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Tetapi semaksimal mungkin membantu dalam penyaluran kerja bagi para lulusan.
“Kami tidak hanya mendidik, tapi juga berusaha menyalurkan mereka ke dunia kerja. Ini bagian dari kontribusi kami dalam membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran,” tandas dia.
Bambang menjelaskan, perusahaannya memiliki Unit Pengumpul Zakat (UPZ), yang terintegrasi dengan Baznas. Karena itulah dia berharap, setelah bekerja, para lulusan dapat turut memberikan kontribusi melalui zakat, infak, dan sedekah.
“Ini adalah siklus kebermanfaatan yang saling mendukung. Mereka dibantu saat belum bekerja, dan nantinya bisa membantu kembali setelah mandiri,” ucap dia. (**)