“Meskipun non budhis, masyarakat mau menyambut. Itu yang menurut mereka di luar logika,” jelas Bhante Wawan yang juga pencetus kegiatan thudong ini.
Bhante Wawan mengatakan, menurut para bikkhu, toleransi beragama yang sangat tinggi ini, tidak ditemukan di negara lain yang telah dilaluinya. Bahkan mereka mengangkat semua jari di tangan dan kaki untuk menggambarkan tingginya sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Sementara itu, Bupati Tegal Umi Azizah yang turut menyambut kedatangan dan melepas keberangkatan para banthe dari Purwahamba Indah menyatakan, satu kebanggan tersendiri bagi warga Kabupaten Tegal bisa menerima kedatangan para bhante dan bertatap muka secara langsung setelah sekian lama memantau perjalannya lewat berita dan unggahan media sosial.
“Saya memandang ritual Thudong yang rutenya melintasi ruas Pantura Jawa ini bukan sebatas perjalanan spiritual untuk melatih kesabaran sebagaimana ajaran Sang Buddha, akan tetapi juga perjalanan kebhinekaan, mengenalkan keragaman adat, seni, budaya dan agama yang ada di Indonesia, terutama di Jawa Dwipa ini serta keramahan warganya saat menyapa, menyambut kedatangan saudara-saudara kita ini dengan suka cita dan riang gembira,”tutur Umi Azizah.
Melalui kesempatan yang baik ini , Umi juga mengajak semuanya bisa menjaga kerukunan, persatuan, dan persaudaraan karena ketiganya adalah aset terbesar bangsa ini.
Penanggung Jawab International Thudong, Prabu Diaz menyebutkan, para bikkhu menempuh perjalanan sejak 23 Maret 2023 dari Nakhon Si Thammarat Thailand Selatan menuju Candi Borobudur. Perjalanan yang ditempuh sekitar 2.600 kilometer. Diperkirakan para bikkhu tiba di Candi Borobudur 1 Juni 2023.


