“Seneng,” kata penerima PKH sejak 2016 ini. Pendapatan keluarga kini sekitar Rp 5 juta per bulan, meski sebagian besar kembali dipakai sebagai modal usaha.
“Dulu PKH sangat membantu. Sekarang sudah cukup,” ucapnya.
Ika Yanti, penerima sejak 2011, dulunya bekerja di kantin sekolah untuk menghidupi tiga anaknya. Bagi Yanti, graduasi adalah bentuk pengabdian sosial.
“Sekarang sudah merasa mampu. Biar gantian sama yang lain yang belum pernah ngerasain,” ujarnya.
Bantuan PKH dulu ia pakai membeli perlengkapan sekolah anak-anaknya.
Dahuni, yang dulunya berjualan di depan sekolah kini memiliki upah tetap. PKH yang dahulu ia terima, dimanfaatkan membeli perlengkapan sekolah anak.
“Soalnya saya sudah bekerja di PT, jadi saya mengundurkan diri dari PKH. Supaya gantian dengan yang lebih membutuhkan,” katanya yang telah menjadi buruh di PT Victoria, Petarukan.
Menurut Gus Ipul, graduasi PKH tahun ini bukan hanya simbol keberhasilan program, tetapi juga bukti masyarakat dapat bergerak menuju kemandirian, ketika diberikan peluang, akses, dan pendampingan yang tepat. (**)


