Country Manager and Program Director Smile Train Indonesia, Deasy Larasati menyebutkan, jumlah pasien bibir sumbing tergantung jumlah penduduk di suatu kota. Semakin banyak penduduknya, maka risiko bayi lahir dengan kondisi sumbing juga semakin bertambah.
“Melihat kasus yang sudah beberapa kali ditangani Smile Train Indonesia di Kabupaten Tegal, trennya meningkat. Tidak hanya dari Kabupaten Tegal, tapi juga dari daerah sekitarnya,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan Deasy, Smile Train Indonesia setiap tahun telah melakukan operasi bibir sumbing sebanyak 8.000 sampai 8.500 operasi di seluruh Indonesia.
“Sejak 2002 sampai Maret 2022 kemarin, kami sudah melakukan 100.000 operasi. Hitungan kami sampai tahun ini sampai 128.000 operasi,” sebutnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal, Amir Makhmud menyampaikan, saat ini Universal Health Coverage (UHC) di Kabupaten Tegal sebesar 96,99 persen dari target sebesar 98 persen.
Namun, di balik kemajuan tersebut, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan bersama, salah satunya adalah masalah kesehatan terkait kelainan bawaan labioskizis atau bibir sumbing.
Labioskizis merupakan kelainan bawaan lahir yang dapat menyebabkan kesulitan makan, berbicara, dan bernapas. Kelainan ini juga dapat mengganggu penampilan anak, sehingga dapat menyebabkan trauma psikologis bagi mereka.
Oleh karena itu, operasi labioskizis sangatlah penting untuk dilakukan agar anak-anak dengan kelainan ini dapat hidup normal dan sehat.
“Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing, tentu memiliki banyak harapan setelah menjalani operasi. Mereka ingin memiliki wajah yang seperti anak-anak lainnya, mereka ingin tersenyum, mereka ingin terlihat indah dan tidak berbeda,” tutur Amir Makhmud.