TEGAL, smpantura – Ribuan umat Tionghoa se-Indonesia, memeriahkan kirab gotong Tua Pek Kong atau arak-arakan patung dewa, pada puncak perayaan, Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Minggu (16/7).
Dalam tradisi warga keturunan Tionghoa itu, setidaknya ada 49 tandu yang diarak keliling, di sekitar Kelenteng Tek Hay Kiong. Itu terdiri dari 44 tandu kelenteng luar kota dan lima tandu Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal.
Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal, Gunawan Lo Han Kwee mengatakan, perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun Tahun 2574/2023, dihadiri tamu dari kelenteng luar kota, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Adapun rangkaian acara, dimulai dengan pagelaran Gamelan Pusaka Kyai Naga Mulya, milik Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, yang sudah berusia 162 tahun. Kemudian, dilanjut dengan ritual Penyeberangan Jembatan Tujuh Bintang.
“Perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun sempat vakum selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19. Untuk tahun ini, kami baru bisa menggelar kembali secara meriah,” ungkap Gunawan.
Sementara, rute yang ditempuh pada kirab gotong Tua Pek Kong meliputi, start dari kelenteng, lalu ke Jalan Udang, Jalan DR Soetomo, Jalan Proklamasi, Jalan Setia Budi, Jalan A Yani, Jalan DI Panjaitan, Jalan Veteran dan finish di kelenteng.
“Kami juga menggelar festival kuliner yang diikuti 100 stan UMKM. Harapannya bisa ikut mengangkat perekonomian di Kota Tegal,” ujarnya.
Rohaniwan Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Chen Li Wei mengatakan, kirab gotong Tua Pek Kong tahun ini, berlangsung sangat meriah dan ramai. Tradisi ini, memiliki makna para dewa yang mengunjungi umatnya dan memberikan berkah.
Ibarat pejabat-pejabat Tiongkok zaman dahulu, yang melakukan inspeksi ke masyarakat, dengan menggunakan kendaraan tandu yang digendong.
“Kendaraan pada masa itu adalah tandu. Jadi ini kongco naik tandu keliling ke para umatnya untuk menghalau segala yang tidak bagus dan memberikan keberkahan bagi masyarakat,” jelasnya. (T03-Red)