“Penanaman pohon bukan hanya simbolis, melainkan bagian dari strategi mitigasi perubahan iklim. Mangrove terbukti mampu menyerap karbon hingga seribu ton per hektare per tahun, melindungi garis pantai, sekaligus menjadi habitat biota laut,” ungkapnya.
Ia juga mendorong agar Kabupaten Tegal mulai membangun ekosistem digital lingkungan, seperti pemetaan abrasi berbasis GIS, pengawasan menggunakan teknologi drone, serta edukasi publik melalui media sosial untuk meningkatkan kesadaran hijau masyarakat.
“Ke depan, kita berharap bisa memiliki dashboard pemantauan mangrove secara digital sebagai instrumen pengawasan publik terhadap keberlanjutan gerakan ini,” tambahnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal Edy Sucipto mengatakan, penanaman ini merupakan tahap kedua Mageri Segoro di Kabupaten Tegal setelah sebelumnya dilaksanakan pada 5 Juni 2025 di Pantai Larangan.
Sehingga dari target 10.000 bibit pohon, sudah terealisasi 10.100 pohon yang berhasil ditanam di sepanjang kawasan pesisir utara Kabupaten Tegal.
Kabupaten Tegal sendiri memiliki garis pantai sepanjang 13 kilometer, di mana sekitar empat kilometer di antaranya sudah terkena abrasi.
Edy merinci gerakan Mageri Segoro tahap kedua ini dilaksanakan di sejumlah titik yang tersebar di Dukuh Karangwuni, Desa Demangharjo, Kecamatan Warureja dengan menanam 2.500 batang pohon bakau dan di Pantai Demangharjo Indah dengan menanam 1.000 batang cemara laut.
Selanjutnya, sebanyak 2.500 batang pohon bakau ditanam di Dukuh Bojongkelor, Desa Kedungkelor, 1.000 batang cemara laut ditanam di Pantai Bojongkelor, dan 1.000 batang cemara laut ditanam di Pantai Panjatan.


