Resistensi Antibiotik Semakin Mengkhawatirkan

SLAWI, smpantura – Resistensi antibiotik, merupakan satu dari sepuluh ancaman, kesehatan dunia saat ini, terus meningkat setiap tahunnya.

Global Burden Disease, pada tahun 2019 menunjukan, angka kematian terjadi 1,27 juta per tahun, akibat resistensi antibiotik.

Diperkirakan, pada tahun 2050 akan terjadi kematian 10 juta orang per tahun, karena disebabkan resistensi antibiotik di seluruh dunia.

Antibiotik merupakan obat, yang secara khusus, digunakan melawan infeksi akibat bakteri pada tubuh manusia, maupun hewan.

Sedangkan resistensi antibiotik, merupakan kekebalan bakteri terhadap antibiotik, yang semula efektif untuk pengobatan infeksi, karena disebabkan oleh bakteri tersebut.

Permasalahan penggunaan antibiotik terjadi, karena penggunaan yang tidak tepat pada manusia dan hewan, serta pembuangan sisa antibiotik, ke lingkungan.

Indonesian AntimicobrialL Surveillance System (Inass) menunjukan beberapa peningkatan resistensi bakteri, seperti Bakteri Acinetobacter Baumannii, yang resisten terhadap golongan carbapenem atau kelompok antibiotik meningkat, yang semula 11,2 persen menjadi 78 persen.

BACA JUGA :  Pergunu Gelar Seminar Nasional

Jika terus dibiarkan, resistensi antibiotik bisa berpotensi menjadi silent pandemic. Apalagi saat ini, jumlah kasus resistensi, semakin meningkat, berbanding terbalik seiring dengan rendah penemuan jenis antibiotik baru.

Master AoC GeMaCerMat Kemenkes RI, Risqi Antoni mengatakan, cara mudah untuk masyarakat, dalam pencegahan resistensi antibiotik, dengan menerapkan 5T.

“Penerapan 5T adalah tidak membeli antibiotik sendiri, tanpa resep dokter, tidak menggunakan antibiotik, untuk selain infeksi bakteri, tidak menyimpan antibiotik, untuk persediaan di rumah, tidak memberi antibiotik sisa kepada orang lain dan tanyakan pada apoteker informasi obat antibiotik,” ungkap Risqi Antoni. (T03-Red)

error: