Brebes  

Cerita Sukarelawan BPBD, Diadang Warga Saat Hendak Droping Air

BREBES, smpantura – Kemarau, menyebabkan krisis air bersih dimana mana. Tidak terkecuali, di Kabupaten Brebes. Hampir setiap hari, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD), mengirim bantuan air bersih, ke pelosok desa di Brebes selatan.

Koordinator Sukarelawan BPBD Kabupaten Brebes Posko Bumiayu, Budi Sujatmiko menceritakan, banyak suka duka selama menyalurkan bantuan air. Dari mulai bolak balik mengangkut air dengan truk tangki, lokasi yang jauh, medan yang sulit hingga diadang warga ditengah jalan.

“Saat menuju lokasi droping air, di salah satu desa di Bantarkawung, mobil tangki diadang oleh warga yang ngotot, meminta air. Tapi setelah diberi penjelasan, warga akhirnya melepas mobil kita,” kata Budi.

Menurut Budi, dropping air dilakukan setiap hari. Bahkan terkadang harus malam hari.

“Kalau dibilang melelahkan, itu pasti. Tapi semuanya terobati, dengan senyuman warga saat menyambut kedatangan kami,” kata Budi.

Budi menjelaskan, dropping air merupakan solusi jangka pendek. Tujuannya membantu memenuhi kebutuhan air warga. Terutama untuk konsumsi dan memasak.

BACA JUGA :  Mantan Kades di Brebes Divonis 6 Tahun Penjara, Terjerat Kasus Korupsi BLT dan DD

“Kalau warga sih menginginkan, jatah air yang diterima, banyak ya. Tapi kami beri pemahaman, dan alhamdulillah warga bisa memahami,” katanya.

Lalu berapa jumlah air, yang sudah disalurkan? Budi menjelaskan, di selatan Brebes terdapat sembilan desa krisis air bersih. Periode 18 Juli – 1 September 2023, sudah terdistribusikan 72 tangki atau sebanyak 360.000 liter air bersih.

Sembilan desa itu, yakni Pangebatan, Cinanas, Bantarkawung, Pengarasan (Kecamatan Bantarkawung), Linggapura, Kutamendala (Kecamatan Tonjong), Pruwatan, Kalinusu (Kecamatan Bumiayu) dan Kedungoleng (Kecamatan Paguyangan).

“Paling banyak wilayah Bantarkawung, 48 tangki. Disusul Tonjong 16 tangki, Bumiayu lima tangki dan Paguyangan satu tangki,” kata Budi.

Menurut Budi, krisis air telah berlangsung selama dua bulan terakhir. Itu terjadi, lantaran sumur yang menjadi sumber air utama warga, kering.

“Sampai hari ini kami masih droping air. Selama ada permintaan dari desa, kami kirim,” katanya. (T06-Red)

error: