SLAWI, smpantura – Pemerintah Kabupaten Tegal menargetkan eliminasi tuberkulosis (TB) di Kabupaten Tegal pada tahun 2028. Target tersebut lebih cepat dibanding target nasional pada 2030. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi multisektoral demi mencapai target tersebut.
Demikian, disampaikan Sekretaris Daerah Amir Makhmud dalam acara Peluncuran United States Agency for International Development (USAID) Bebas Tuberkulosis (TB) dan Penyusunan Rencana Kerja Terpadu Penanggulangan TBC di Kabupaten Tegal, di Hotel Grand Dian Slawi, Kamis (29/2/2024).
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan penularan melalui udara dan paru-paru sebagai organ target utama bakteri.
Kabupaten Tegal menjadi salah satu daerah dengan beban kasus tinggi. Jumlah temuan kasus TBC Sensitive Obat (SO) tahun 2023 mencapai 5.088 kasus atau 353 kasus TBC per 100.000 penduduk.
“Temuan kasus ini 209 persen lebih tinggi dari target estimasi kita sebelumnya di angka 2.430 kasus,” ungkap Amir.
Sementara dari kasus TBC yang berhasil ditemukan sebanyak 4.721 kasus mulai melakukan pengobatan, 765 kasus diantaranya merupakan TB anak, kasus TBC resisten obat (RO) 74 kasus dan selebihnya adalah kasus TB ronsen.
Sementara untuk angka keberhasilan pengobatan kasus TBC yang diobati sepanjang tahun 2022 ada 3.936 orang atau 89 persen dari 4.721 penderita.
Penderita putus berobat 289 orang atau 6,5 persen dan yang meninggal dunia ada 175 orang atau 3,7 persen.
Sekda juga mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi tuberkulosis secara komprehensif mulai dari pencegahan sampai pengobatan.
“Kita melibatkan semua aspek pentahelix, meliputi unsur pemerintah , perguruan tinggi, komunitas , pengusaha dan media. Kami siap mengobati, menuntaskan hingga pasien sembuh. Semua pihak harus ikut mensuport,”sebutnya.
Amir menuturkan, estimasi temuan TB di masyarakat tahun 2024 ini bisa mencapai 6.633 kasus.
“Prinsipnya, semakin banyak kasus kita temukan, semakin baik karena mereka bisa cepat tertangani karena memang obatnya sudah ada dan ampuh, kumannya bisa diketahui karena kita punya alat diagnostik dari yang sederhana sampai yang canggih. Strategi yang menekankan pada pengawasan langsung terhadap penderita, baik keluarga maupun petugas kesehatan melalui DOTS juga sudah siap. Dan semuanya gratis bagi pasien tuberkulosis,”tuturnya.
Tapi dibalik kesiapan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, lanjut Amir, ada tantangan lain yang tidak kalah pentingnya dan sangat berpengaruh pada partisipasi pasien TB mengikuti program DOTS.
Sebab seseorang yang tertular tuberkulosis tidak hanya berdampak dari sisi medis atau kesehatan, tetapi juga ekonomi dan sosial yang ini diperburuk dengan stigma di lingkungan masyarakat, diskriminasi, dan risiko kehilangan pekerjaan ataupun berhenti sekolah.
“Selain pula kita juga harus bekerja menurunkan tingkat insidensi atau kasus baru tuberkulosis hingga 80 persen,”
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Ruszaeni menyampaikan bahwa kolaborasi penanggulangan tuberkulosis meliputi Forkopimda, OPD, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat serta media di Kabupaten Tegal.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Pemkab Tegal dalam percepatan eliminasi TBC.
“Peluncuran program USAID Bebas TB dan penyusunan rencana kerja terpadu dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 29 Februari sampai 1 Maret 2024,” ujarnya.
Adapun rangakaian kegiatan peluncuran program ini dilanjutkan dengan press conference serta diskusi panel oleh sejumlah narasumber, diantaranya dari USAID Bebas TB, Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Tegal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Bagian Kesra dan Sekretaris Bappeda dan Litbang.(T04-Red)