SLAWI, smpantura – Keberanian orang Tegal tidak usah diragukan lagi. Berbagai simbol-simbol perlawanan banyak ditemukan di wilayah tersebut. Salah satunya Patung Gerakan Banteng Negara (GBN) di Lebaksiu, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Patung ini menggambarkan keberanian masyarakat Tegal dalam melawan pemberontakan DI/ TII.
Patung GBN yang berada di tikungan Jalan Raya Tegal-Purwokerto itu, masih berdiri kokoh. Bahkan, semakin dipercantik dengan berbagai ornamen dan lampu taman. Patung yang memiliki tiga sisi bagunan ini bertuliskan huruf G, B dan N, sedangkah sisi lainnya berisi mukadimah dan sisi kelima dibiarkan kosong. Untuk bagian bawah terdapat lukisan timbul mengenai perjuangan para tentara.
Sedangkan bagian atas berdiri kokoh seorang prajurit TNI menggunakan senjata laras panjang lengkap dengan bayonet, dan ransel khas tentara Patung ini menghadap ke arah Barat Laut. Kemudian dibuatnya patung ini menggambarkan seorang pahlawan yang sedang berdiri tegak dengan tangan kanannya mengacungkan senjata ke langit. Patung ini memiliki tinggi sekitar 4,5 meter dan terbuat dari bahan beton yang kuat. Patung ini juga dilengkapi dengan pakaian khas pahlawan pada masa perjuangan.
Patung GBN Lebaksiu awalnya dibuat pada tahun 1980 oleh seorang seniman lokal bernama Suharto. “Patung ini didesain untuk memperingati perjuangan dan keberanian rakyat Lebaksiu dalam menghadapi pemberontakan DI/ TII,” kata tokoh masyarakat Lebaksiu, H Maskun, Selasa (20/8/2024).
Patung yang juga dibuat sebagai bentuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur itu, sebagai bukti bahwa masyarakat dahulu ikut berjuang melawan pemberontak DI/TII.
Dilansir dari berbagai sumber, GBN ini dibentuk untuk mencegah penyebaran Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah, bekas anggota TNI dari kesatuan Hizbullah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan.bGerakan DI/TII dapat ditumpas melalui Operasi Banteng Nasional pimpinan Kolonel Sarbini, Letkol Bachrum dan Letkol Ahmad Yani, pada tahun 1950.bUntuk mengenangnya, di Procot Slawi dibangun monumen GBN dan di Kecamatan Lebaksiu dibangun juga patung GBN.
“Penumpasan Gerakan DI/TII di Tegal juga melewati Bukit Sitanjung di Lebaksiu. Patung ini merupakan salah satu simbol dari perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan,” ujar H Maskun yang juga aktif dalam pengembangan seni dan budaya Tegal itu.
H Maskun berharap agar pemerintah setempat memperhatikan kondisi Patung GBN Lebaksiu. Perawatan rutin harus dilaksanakan, sehingga tetap terjaga dan bisa dijadikan destinasi wisata lokal. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan keindahan patung tersebut.
“Bersama-sama saling menjaga, karena ini akan menjadi tonggak sejarah perjuangan masyarakat Lebaksiu. Generasi mendatang juga paham akan pentingnya semangat perjuangan,” pungkasnya.


