SLAWI, smpantura – Mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta menghidupkan kembali program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Sitail, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Program yang dijalankan di desa tersebut sejak tahun 2013 lalu itu, kini mati suri.
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Bisri mengatakan, dirinya bersama beberapa mahasiswa ITB Ahmad Dahlan tengah melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Desa Sitail. Setelah melakukan survei dan pengamatan di desa tersebut, pihaknya berinisiatif untuk membenahi sistem mengelola dan menyediakan air bersih. Pasalnya, Desa Sitail yang telah mendapatkan program Pamsimas pada tahun 2013, tidak berjalan lancar.
“Seiring berjalannya waktu, berbagai masalah mulai muncul, seperti rendahnya iuran air yang tidak mencukupi untuk operasional Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola Pamsimas,” ujarnya.
Menurut dia, mahasiswa bersama dengan pengelola BUMDes Setail Exco Mandiri melakukan berbagai langkah strategis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan iuran air per kubik. Sebelumnya Rp 500 perkubik, menjadi Rp 1.500 per kubik. Selain itu, pengelola juga menerapkan sistem arisan untuk pemasangan sambungan rumah baru. Hal itu bertujuan agar lebih banyak warga dapat menikmati air bersih.
“Kami rutin mengadakan sosialisasi kepada warga untuk menjaga fasilitas air bersih dan berbagi dengan sesama,” ujar Bisri.
Tidak hanya kendala tersebut, lanjut dia, jauhnya sumber air dari desa yang mencapai 17 kilometer, membuat jaringan pipa sering mengalami kerusakan. Terutama di daerah yang rawan bencana. “Kami sedang berusaha mengganti pipa PVC dengan pipa HDPE yang lebih tahan lama, namun anggarannya belum tersedia,” jelasnya.
Bisri juga menyoroti penurunan debit air yang kerap terjadi saat musim kemarau. Untuk mengatasi masalah ini, pengelola berupaya menambah sumber air baru, meski hingga saat ini belum menemukan sumber yang memadai. “Kami terus berupaya mencari solusi terbaik agar pasokan air bersih tetap lancar, terutama di musim kemarau,” katanya.
Meskipun banyak tantangan, Bisri optimistis bahwa program ini akan terus berkembang. Ia berharap, ke depannya semakin banyak pihak yang terlibat dalam upaya ini, termasuk pemerintah dan swasta, sehingga akses air bersih yang layak dapat dinikmati oleh seluruh warga Desa Sitail.
Kepala Desa Sitail, Muhsinin menuturkan, kontribusi mahasiswa ini sangat berarti bagi masyarakat desa. Mahasiswa berhasil meningkatkan jumlah sambungan air bersih. Hingga kini, jumlah sambungan rumah baru telah meningkat menjadi 311 sambungan yang melayani 1.200 jiwa dari total jiwa di Desa Sitail sebanyak 2.800 jiwa.
“Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya 33 sambungan rumah,” pungkasnya.