PEKALONGAN, smpantura – Pekalongan dikenal dengan Kota Batik, namun ada kerajinan besek bambu yang sudah berkembang sejak puluhan tahun lalu. Sayangnya, kerajinan yang berkembang di Desa Kutorejo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan itu, nyaris terkubur dengan perkembangan kotak styrofoam dan plastik.
Besek sendiri adalah wadah makanan tradisional terbuat dari bambu yang berasal dari sebuah desa di perbatasan Kecamatan Kajen dengan Kecamatan Kesesi, yaitu Desa Kutorejo. Besek bambu ini sudah berkembang di desa tersebut sejak 20 tahun lalu.
“Awalnya, kerajinan besek bambu ini dikenalkan oleh pendatang dari Batang sekitar 20 tahun lalu,” kata Pengepul Besek Bambu Kutorejo, Dhomah Sari (36) saat ditemui, Jumat (23/8/2024).
Ia menjelaskan, keterampilan besek diajarkan kepada warga Bambang (49) warga Batang yang menikah dengan tetangganya. Ibunya, Casminah (50) tertarik belajar cara membuat besek. Warga lainnya juga tertarik, dan dari situlah membuat besek jadi pekerjaan utama warga Kutorejo.
“Saat ini, hampir semua warga ikut membuat besek, dan sampai sekarang masih ada yang buat,” ujarnya.
Dhomah Sari menuturkan, setelah melanjutkan usaha besek dari ibunya, besek sudah kurang diminati. Namun dirinya tetap menjalankan usaha ibunya, karena besek masih memiliki peminatnya sendiri.
“Para Pembeli biasanya mencari besek untuk acara hajatan, kebanyakan orang kota. Terkadang juga pegawai datang untuk beli besek beberapa bulan sekali,” ujarnya.
Perajin besek Kutorejo, Ipah (34) mengaku sudah dari umur 16 tahun belajar kemudian menekuni kerajinan besek. Besek yang dibuatannya dijual ke penjual perabotan dari Batang, kemudian dijual kembali di pasar Kedungwuni.
“Biasanya Haji Lukman (56), penjual perabotan, ambil sendiri kesini kalau stok tokonya sudah habis. Sekali ambil bisa sampai 700 tangkep, satu tangkepnya berisi empat besek dijual Rp 3 ribu,” terang Ipah.
Saat ini, lanjut dia, besek sudah tidak dijadikan sebagai pekerjaan utama, tetapi sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini karena produk-produk modern yang semakin mendominasi pasar seperti styrofoam dan mika yang terbuat dari bahan plastik.
“Masyarakat lebih memilih wadah makanan berbahan plastik yang lebih murah,” ujarnya.
Dijelaskan, untuk membuat besek juga tidak menggunakan sembarang bambu karena tidak semua bambu memiliki elastisitas untuk dianyam. Bambu tali adalah bambu yang cocok dan digunakan oleh perajin di Kutorejo. Untuk membuat besek, membutuhkan 1 batang bambu tali dengan harga Rp 10 ribu. Kemudian bambu tersebut dipotong sesuai ruas pada batang bambu.
Selanjutnya, kata dia, proses irat atau mengikis bambu menjadi tipis supaya dapat dianyam. Lalu keringkan bambu yang sudah diikat selama satu hari supaya bambu tidak menjamur. Pastikan tidak terlalu kering dalam menjemur karena akan membuat bambu menjadi kaku. “Setelah dijemur tinggal dianyam. Membuat satu besek tidak lama, butuh waktu sebentar saja,” tuturnya.