TEGAL, smpantura – DPR RI dan Kemendikbud Ristek berupaya meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan untuk menyelaraskan program kurikulum merdeka.
Salah satunya melalui workshop pendidikan dengan tema merdeka belajar sebagai strategi pengembangan keterampilan, berpikir kritis dan kesetaraan dalam dunia pendidikan, di Plaza Hotel Tegal, Sabtu (24/8/2028).
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih mengatakan, berpikir kritis menjadi salah satu hal yang harus dikembangkan dalam kurikulum merdeka.
“Mungkin karena tidak ada dorongan atau pemicu di daerah, guru itu tidak bisa mengembangkan salah satu di antara kompetensi profesional,” katanya.
Menurut dia, kompetensi profesional guru terkadang hanya dibatasi oleh mata pelajaran yang dimiliki. Padahal, saat ini soal tes sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk bisa diselesaikan (multiple problem solver).
“Multiple problem solver bisa diselesaikan dengan berpikir kritis yang salah satunya ada problem solving, berpikir inovatif dan kreatif. Materi-materi inilah yang akan diberikan dengan mendatangkan berbagai nara sumber yang kompeten,” ucapnya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Temu Ismail mengatakan, dari sudut pandang guru implementasi kurikulum merdeka dianggap fleksibel.
Saat ini kurikulum merdeka sudah berjalan dengan 26 episode. Dari jumlah itu, sekitar 16 episode bermuatan tentang guru dan tenaga kependidikan.