Pedagang Batik Pasar Setono, Bertahan di Tengah Gempuran Online Shopping dan COD

PEKALONGAN, smpantura – Nama Pasar Batik Setono, di Kota Pekalongan, mungkin tidak asing di dengar. Pasar yang berada tepat di jalur Exit Tol Pemalang-Pekalongan ini, menjadi pusat pemasaran batik pekalongan. Namun kini kondisinya berubah drastis, lantaran maraknya online shopping atau belanja online, dan sistem Cast Order Delevery (COD).

Pasar Setono yang setiap harinya ramai, kini lengang. Ibarat sebuah cahaya yang terus meredup. Pasar ini di saat kejayaannya, ribuan pengunjung memadati karena menjadi salah satu barometer pasar batik di pantura.

Meski kini terus meredup, namun para pedagang batik di dalamnya terus berjuang agar tetap eksis di tengah gempuran belanja online yang tak bisa dihindari. Apalagi, melalui belanja online konsumen seraya dimanjakan. Tak perlu datang ke toko secara fisik, konsumen bisa mendapatkan batik yang sesuai selera.

Datangnya persaingan ketat dari online shopping, menjadi tantangan bagi pedagang batik di Pasar Sentono. Salah satunya, Darto (56). Pria yang mengaku sudah mengeluti usah berjualan batik di Pasar Setono selama 10 tahun ini, harus bisa berinovasi agar daganganya tetap laku. Berbelanja secara langsung di Pasar Setono mampu dijadikan icon, karena konsumen bisa melihat dan berasakan langsung kain batik yang dijual. Keunggulan ini, ia dorong agar konsumen mau datang, dan merasa puas dengan kualitas batik yang akan dibeli.

BACA JUGA :  1.269 Wisatawan Nikmati Libur Akhir Tahun di Pemandian Air Panas Tirta Husada Brebes

“Kalau di sini (Pasar Setono_red), pelanggan bisa melihat dan merasakan sendiri kain batik yang saya jual. Nah ini, beda dengan beli di online karena pelanggan hanya melihat foti,” ungkap Darto, sambil memperlihatkan beberapa model batik jualanya.

Selain itu, lanjut dia, untuk menyaingi belanja online, dirinya juga memanfatkan platform media sosial untuk mengenalkan dan mempeomosikan batiknya.

“Saya juga mempromosikan batik ke media sosial dengan di bantu anak saya, karena saya sendiri kurang mahir jika jualan lewat media sosial itu,”  ujarnya.

Bagi sebagian penjual batik di Pasar Setono, mengadopsi teknologi bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan untuk tetap bertahan. Aktifitas di Pasar Setono saat ini memang tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang lalu lalang untuk mencari batik.

Lina (33), seorang pembeli batik di Pasar Setono menilai, jika membeli batik dirinya harus melihat secara langsung batik yang akan dibelinya.

“Kalau belanja batik saya tidak pernah belanja secara  online, soalnya kalau batik itu saya harus pegang sendiri kainya bagus atau tidak, harganya juga bisa ditawar kalau beli langsung ketokonya serta pilihanya motifnya juga banyak, “ tuturnya.

error: