Slawi  

Enam Anak Meninggal Akibat Tawuran, Fikri Faqih: ”Pendidikan di Kabupaten Tegal Darurat Moralitas”

SLAWI, smpantura – Kasus tawuran yang melibatkan pelajar masih marak di Kabupaten Tegal. Yang membuat miris, dari beberapa kejadian tersebut enam anak meninggal dunia.

Terkait hal tersebut, anggota DPR RI Abdul Fikri Faqih menegaskan harus ada perhatian khusus untuk bisa menangani ataupun menanggulangi.

Menurutnya,adanya kekerasan yang mengakibatkan orang meninggal menandakan di Kabupaten Tegal sudah terjadi darurat moralitas.

“Ini harus menjadi perhatian buat kita semua. Pendidikan di Kabupaten Tegal berarti sudah darurat moralitas.Kekerasan mengakibatkan korban meninggal. Saya kira ini sudah alarm. Sehingga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal harus bergerak dan ada perhatian khusus menangani permasalahan ini,”terang Fikri Faqih ditemui usai menghadiri acara Workshop Pendidikan yang mengusung tema Peran Pendidikan Dalam Penyiapan SDM Unggul Indonesia Emas 2045 di Gedung Syailendra Hotel Grand Dian Slawi, Jumat (18/10).

Fikri mengakui, kekerasan seperti tawuran tak hanya terjadi di Kabupaten Tegal melainkan juga terjadi di banyak tempat.

“Pendidikan kita harus dievaluasi secara menyeluruh, tetapi laporannya belum lengkap. Karena masih ada kasus-kasus lain seperti  tindak asusila, perundungan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan lainnya. Saya kira Menteri baru harus belanja masalah mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk diformulasikan dan dirumuskan harus seperti apa,” tegas anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Workshop Pendidikan yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi diikuti oleh guru dan kepala sekolah PAUD, SD dan SMP.

Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Nur Khakim mengingatkan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan, bahwa mengajar siswa-siswi bukan hanya berdasar pada kurikulum tapi mendidik juga harus berdasar hati.

“Rasulullah ketika mendidik sahabat-sahabatnya sangat luar biasa, dengan mengajarkan ketuhanan atau ketauhidan sejak dini. Ketika kita mengajarkan anak-anak tentang ketauhidan sejak dini, maka kita akan menghasilkan generasi yang unggul,”terang Nur Khakim.

BACA JUGA :  Jafar Labib Raup Jutaan Rupiah dari Limbah Plastik Kresek

Hal itu juga sejalan dengan visi Indonesia Maju tepatnya enam dimensi profil pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.

Selanjutnya mandiri, bergotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.

“Apabila enam dimensi profil pelajar Pancasila tersebut bisa dikuatkan kemudian diterapkan, insya Allah generasi Emas 2045 bisa terwujud,” kata Nur Khakim.

Dalam acara itu hadir Widyaprada Ahli Utama Direktorat PAUD Abdul Kahar,Dekan FKIP Unissula Dr M Afandi dan Fahmy Ferdian D, MT dari Himpaudi Jateng dan Pengelola Sekolah Ananda Mandiri.

Abdul Kahar, menegaskan peran pendidikan sangat penting untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Lewat pendidikan yang diberikan kepada peserta didik menjadi pondasi awal untuk membentuk SDM di masa depan.

Abdul Kahar menuturkan, mulai saat ini harus dilakukan persiapan sebaik-baiknya, termasuk lewat kegiatan seminar, workshop, atau sejenisnya membahas tentang penyiapan SDM Unggul.

Harapannya Indonesia ke depan bisa menuai bonus demografi tepatnya pada Indonesia Emas tahun 2045 sebaik mungkin.

“Kalau kita tidak bisa menyiapkan SDM unggul di masa mendatang, jangan sampai yang kita peroleh bukan Indonesia Emas tapi malah Indonesia Cemas atau Indonesia Lemas. Maka dari itu, kita harus bisa mengasah kompetensi, kreativitas dan inovasi yang dimiliki anak-anak kita,” jelas Abdul Kahar.

Pada acara diskusi , Fahmy Ferdian menegaskan tentang perlunya komunikasi sekolah dengan orangtua siswa dan lingkungan sekolah serta rumah yang menyenangkan.

Anak itu tahunya sekolah dan rumah. Keduanya harus menyenangkan. Buatlah anak bahagia. Kalau anak tidak bahagia di rumah dan sekolah , jangan harap Indonesia Emas 2045,” tuturnya. (**)

error: