Slawi  

Jembatan Menuju Dukuh Karangwareng Desa Kabunan Ambruk

SLAWI, smpantura – Jembatan penghubung Dukuh Karangwareng, Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal ambruk, beberapa waktu lalu. Jembatan yang terbuat dari batang kelapa sudah tidak bisa dilewati. Warga harus memutar jalan untuk bisa beraktivitas.

Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Agung Yudhi Kurniawan mengatakan, jembatan Dukuh Karangwareng yang berada di RW 1 merupakan akses utama warga. Namun, kondisinya jembatan sudah tidak bisa dilewati, karena ambruk di makan usia. Padahal, jembatan itu akses masyarakat menuju balai desa, masjid, sekolah dan lainnya. Masyarakat sangat berharap agar jembatan tersebut segera dibangun.

“Atas harapan masyarakat itu, kami melalui aspirasi memberikan bantuan keuangan kepada Pemdes Kabunan untuk memprioritaskan pembangunan jembatan Karangwareng,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Tegal itu.

Saat ini, kata dia, akses warga Dukuh Karangwareng harus memutar untuk menuju pusat pemerintahan Desa Kabunan. Jarak yang ditempuh cukup jauh, dan harus menyeberang jalan raya Slawi-Jatibarang. Jalan provinsi dengan mobilitas tinggi tersebut, akan sangat membahayakan, utamanya anak sekolah yang akan berangkat dan pulang sekolah.

“Jika ada jembatan penghubung Dukuh Karangwareng, maka warga hanya butuh waktu 5 menit, dan tidak menyeberang jalan raya,” ujar pria yang akrab disapa AYK ini.

Tidak hanya itu, lanjut dia, jembatan yang telah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Tegal tahun 2025 melalui bantuan keuangan ke Pemdes Kabunan, juga bisa memperlancar akses usaha warga sekitar, seperti hanya perajin ban bekas. Bahkan, warga juga lebih mudah untuk beraktivitas di masjid dan mempermudah akses material masuk ke dukuh tersebut.

BACA JUGA :  Sekda Terpilih, Harus Memiliki Wawasan Kewilayahan

“Minimal warga tidak waswas saat jembatan itu terealisasi, karena tidak harus menyeberang jalan raya,” katanya.

Selain itu, kata dia, di desa yang sama juga akan dibangun jembatan di RW 4. Jembatan yang lama dinilai sangat sempit, dan jembatan yang dibangun puluhan tahun lalu itu, menjadi penyebab banjir di wilayah tersebut. Pasalnya, jembatan terdapat pilar di tengah, sehingga saat air besar, maka material menyangkut di pilar tengah jembatan. Alhasil, sampah menumpuk dan air meluap ke pemukiman warga.

“Jembatan lama akan dibongkar dan dibangun yang baru. Tapi, tanpa pilar di tengah sehingga air bisa mengalir dengan lancar,” terang.

Ditambahkan, selama ini warga yang membawa material atau hasil kerajinan ban, harus dilangsir dengan kendaraan lainnya. Hal itu dikarenakan mobil tidak bisa lewat, karena sempitnya jembatan.

“Semoga pembangunan dua jembatan itu akan membantu warga untuk usaha, dan akses ekonomi lainnya,” pungkasnya. **

error: