TEGAL, smpantura – Pusat Jajanan Sengsara alias Pujasera, menjadi akronim plesetan yang santer diucapkan para pedagang kaki lima (PKL) Pujasera Melati, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
Bagaimana tidak, dua bulan direlokasi ke tempat baru bukannya untung malah buntung. Para PKL mengeluhkan banyak kehilangan pelanggan hingga omzet.
Hal itu diketahui saat perwakilan PKL Pujasera Melati melakukan audiensi dengan Komisi II DPRD Kota Tegal dan Pemerintah Kota Tegal, di Ruang Rapat Komisi II, pada Rabu (26/3/2025).
Salah satu pedagang, Fani menyebut bahwa omzet penjualan terus mengalami penurunan setelah direlokasi dari Jalan Kartini, KH Ahmad Dahlan dan Jalan Menteri Supeno ke Pujasera Melati.
Ironisnya, pedagang harus tetap membayar sejumlah iuran, seperti retribusi, listrik, uang keamanan dan lainnya.
“Sejak dua bulan direlokasi kami kehilangan pelanggan dan omzet terus menurun. Karena sebagian besar pelanggan sulit mencari lapak-lapak kami. Semua di luar ekspektasi,” ucap Fani.
Dalam sehari, kata Fani, dia mampu mendapat omzet Rp 300 per hari dan Rp 500 ribu saat weekend. Saat bulan Ramadan, omzet bisa mencapai dua kali lipat.
Menurutnya, mayoritas pelanggan mengeluhkan tempat relokasi yang jauh dan harus memutar karena diberlakukan satu arah.
Bahkan, di saat omzet jauh berkurang dan terus menurun, para pedagang harus membayar membayar sejumlah iuran seperti retribusi Rp 2.000-4.000, listrik Rp 3.000-5.000 dan keamanan Rp 5.000.
“Setiap hari rata-rata kami harus mengeluarkan iuran dan retribusi sebesar Rp 16.000. Belum lagi kalau ke toilet bayar Rp 2.000,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Fani berharap ada kebijakan bagi para pedagang seperti peninjauan ulang satu arah untuk memudahkan pelanggan lama bisa mampir dan penataan tempat.