Tegal  

Pascasarjana UPS Yudisium 92 Mahasiswa

Berkarakter Kuat, Berwawasan Global

TEGAL, smpantura – Program Pascasarjana Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, kembali menggelar yudisium sebagai langkah awal menuju wisuda tingkat universitas. Tercatat sebanyak 92 mahasiswa program S2 itu yang mengikuti yudisium, kemarin.

Kegiatan Yudisium Program Pascasarjana Periode Gasal 2024/2025, yang digelar di Auditorium Kampus II universitas itu di Jl Perintis Kemerdekaan, diikuti mahasiswa S2 dari tiga program studi (Prodi). Yakni, Prodi Magister Pedagogi, Prodi Magister Manajemen dan Prodi Magister Ilmu Hukum.

”Untuk lulusan terbaik dari ketiga program studi ini, masing-masing adalah Muchtarom dari Prodi Magister Ilmu Hukum, Heru Setyawan dari Magister Manajemen dan Sri Endah Rezeki dari Program Studi Magister Pedagogi,” terang Sekretaris Pascasarjana UPS Dr Titi Kusrina MPd, saat membacakan Keputusan Daftar Mahasiswa Program Pasca yang telah menempuh studi dan berhak mendapat gelar magister.

Dia menjelaskan, di yudisium periode gasal tahun ini, pascasarjana universitas tersebut melepas 52 mahasiswa Prodi Magister Pedagogi, 19 mahasiswa Prodi Magister Manajemen dan 21 mahasiswa Prodi Magister Ilmu Hukum.

Direktur Pascasarjana Dr Fajar Ari Sudewo SH MH mengatakan, yudisium bukan sekadar seremoni. Tetapi merupakan momentum bersejarah. Sebuah garis akhir dari perjuangan panjang, sekaligus titik awal perjalanan baru sebagai lulusan Pascasarjana.

BACA JUGA :  Orang Tua PPPK Dapat Bonus Menginap di Guci

Sebuah generasi yang diharapkan mampu menjadi profesional, berkarakter kuat, dan memiliki wawasan global. Dia juga mengungkapkan, gelar akademik tak hanya mencerminkan kemampuan intelektual. Tetapi amanah dan tanggung jawab.

Di dunia nyata, kata dia, profesionalisme diukur bukan hanya dari apa yang diketahui. Tetapi bagaimana dapat menerapkan ilmu dengan etika, integritas, dan komitmen. Ilmu tanpa karakter hanyalah kekosongan.

”Kita boleh pintar, boleh hebat, boleh sukses. Tapi karakterlah yang membuat kita dihargai, dipercaya, dan dikenang. Karakter inilah yang membedakan antara orang yang hanya mencari pekerjaan dan orang yang menciptakan perubahan,” tandas dia.

Hidup di era tanpa batas, tidak hanya berbicara tentang kompetisi lokal. Tetapi juga kompetisi global. Maka, semua dituntut untuk mampu beradaptasi, berpikir terbuka, dan melek teknologi. Menjadi global bukan berarti kehilangan lokal. Justru di sanalah letak kekuatannya. Yakni, menjadi pribadi yang moderen, cerdas, tapi tetap membumi.**

error: