Kisah nyata ini dialami Kang Warto, sekitar tahun 1992. Kang Warto ini merupakan warga Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di tahun 1992, saat itu Kang Warto berprofesi sebagai tukang ojek yang biasa mangkal di pertigaan Kaligua, Kecamatan Paguyangan.
Kala itu, warga di desa Kaki Gunung Slamet, seperti Desa Pandansari, Cipetung hingga Cilibur saat malam hari memanfaatkan ojek, karena tidak ada angkutan umum. Bahkan, hingga saat ini jasa tukang ojek masih dibutuhkan karena saat malam, angkutan sudah tidak beroperasi.
Di tahun 1992, ongkos tukang ojek masih sangat murah. Untuk mengantar penumpang yang berada di daerah terpencil di kaki gunung Slamet Kecamatan Paguyangan ini, ongkosnya antara 3.500 hingga 5.000. Meski demikian, banyak orang yang menekuni profesi ini, termasuk Kang Warto.
Singkat cerita, sore itu sekitar pukul 17.00 WIB, Kang Warto seperti biasa sedang mangkal di posko ojek pertigaan kaligua. Lkasinya berada sekitar 50 meter setelah fly over kreter, kalau kita dari arah Tegal menuju Purwokerto. Di pangkalan ojek ini, Kang Warto sedang asyik berbincang dengan dua tukang ojek lainnya, sambik menunggu penumpang.
Tak lama, datang seorang penumpang sambil membawa tas. Ia menghampiri teman Kang Warto dan meminta diantar ke Desa Cipetung, yang lokasinya di kaki Gunung Slamet sebelum kawasan wisata Kebun Teh Kaligua, berjarak sekitar 10 km dari pangkalan ojek Kang Warto.
Namun teman Kang Warto menolak untuk mengantar, dan disarankan dengan temennya saja. Lantaran tidak ada tukang ojek yang mau akhirnya, Kang Warto bersedia mengantar penumpang pria ini.
Dalam batin, Kang Warto berucap, temen-temennya tidak mau mengantar karena takut ke wilayah atas. Selain jalannya rusak, kondisinya sudah sore, dan pasti pulangnya malam. Kalau malam jalur itu sepi.