Slawi  

GMNI Kabupaten Tegal Kembali ke Ajaran Marhaenisme, Ajaran Apakah Itu?

SLAWI, smpantura – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Tegal kembali ke ajaran marhenisme sebagai jatidiri bangsa untuk regenerasi kader yang progresif revolusioner. Hal itu juga sebagai upaya untuk menjawab tantangan perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri.

“Ajaran Marhaenisme adalah jiwa dari GMNI. Di tengah berbagai tantangan, kami ingin memastikan bahwa nilai-nilai ini tetap menjadi pegangan kader dalam setiap langkah perjuangan. Kami akan fokus pada penguatan kaderisasi agar GMNI terus melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki komitmen kuat terhadap rakyat kecil,” kata Ketua GMNI Kabupaten Tegal, M Fakhru Nizar, Senin (9/6).

Dilansir dari marhenist bahwa Ajaran Marhaenisme sendiri menekankan pada penentangan terhadap penindasan dan perjuangan untuk hak-hak kaum tertindas, khususnya kaum Marhaen yang dianggap sebagai kaum miskin dan melarat.

BACA JUGA :  Infrastruktur Wisata Guci Jadi Isu Strategis Daerah Lima Tahun Kedepan

1. Asal Usul Nama :

Istilah “Marhaen” diambil dari nama seorang petani yang ditemui Soekarno di Bandung Selatan, Jawa Barat, yang menjadi simbol rakyat kecil dengan alat produksi sendiri.

2. Pengertian Marhaen :

Soekarno mendefinisikan Marhaen sebagai orang kecil yang memiliki sedikit alat, dengan kepemilikan yang terbatas, cukup untuk kebutuhan hidup sendiri. Ini termasuk petani, tukang, dan buruh yang bekerja untuk diri sendiri.

3. Ciri-Ciri Marhaenisme :

– Sosio-Nasionalisme: Menekankan pada pentingnya kemerdekaan nasional dan kesatuan bangsa.

– Sosio-Demokrasi: Mempromosikan demokrasi politik dan ekonomi, di mana rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

error: