Brebes  

Perjalanan Sepeda Sejauh Ratusan Kilometer Demi Bertemu Gubernur KDM: Kisah Adnan dari Bumiayu Brebes

BREBES, smpantura -Namanya Adnan Prasetyo. Usianya baru 15 tahun. Di usianya yang seharusnya masih diisi dengan pelajaran sekolah dan canda bersama teman sebaya, Adnan justru mengayuh sepeda dari Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah—menuju Subang, Jawa Barat.

Tujuannya hanya satu: bertemu dengan sosok yang ia kagumi, Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM). Bukan untuk meminta sensasi, bukan pula demi viral. Adnan hanya ingin menyampaikan langsung permintaan bantuan kepada sosok pemimpin yang ia yakini bisa memahami keadaannya.

Sayang, saat ia tiba, KDM sedang tidak ada. Namun kisahnya telah lebih dulu menyentuh hati banyak orang.

Menurut penuturan Kepala Desa Kalierang, Irma Hamdani, berdasarkan cerita dari tetangga Adnan bernama Tuti Sri Wahyuningsih, kehidupan bocah ini memang tidak mudah.

Adnan adalah anak yatim piatu. Sejak kecil, ia diasuh oleh paman dan bibinya di Dukuh Kampung Baru, Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu, Brebes.

Ia sempat mengenyam pendidikan di SD Kalierang 01 dan SMP Negeri 2 Bumiayu. Namun perjalanannya di bangku sekolah harus terhenti di kelas 2 SMP karena dikeluarkan akibat beberapa persoalan.

BACA JUGA :  104 Gugus Depan Ikuti Lomba Aksi dan Kreasi Pramuka di Tuk Sirah Pemali

Warga sebenarnya tidak tinggal diam. Ibu Tuti Sri Wahyuningsih, tetangganya, mencoba menyekolahkannya kembali di sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTS) secara gratis, namun Adnan menolak. Sejak itu, ia hidup tanpa arah yang pasti.

Atas inisiatif warga dan demi masa depannya, Adnan kemudian ditempatkan di Panti Asuhan Muhammadiyah yang terletak di Jalan Lingkar Bumiayu. Harapannya, ia bisa mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.

Tapi Adnan tak bertahan lama di sana. Ia pergi tanpa pamit. Hingga kemudian, nama Adnan muncul di media sosial, terekam mengayuh sepeda seorang diri, mencari jalan untuk bertemu KDM.

“Kami warga sudah berupaya semaksimal mungkin membantu. Tapi memang tidak mudah,” ujar Kades Irma, dengan nada prihatin.

Kisah Adnan menyisakan banyak pertanyaan. Tapi satu hal pasti: ia sedang mencari harapan di tengah jalan panjang kehidupan yang belum ramah padanya. Kini, semua mata tertuju padanya—semoga ada tangan-tangan yang tergerak bukan hanya untuk membantu, tapi juga membimbingnya menemukan kembali arah hidupnya. (**)

error: