TEGAL, smpantura – Tanaman eceng gondok yang tumbuh subur di Kelurahan Kaligangsa, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, dimanfaatkan secara produktif oleh Karyono (63) seorang petani asal RT 07 Kaligangsa.
Tanaman yang selama ini dikenal sebagai gulma perairan ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi. Bagi Karyono, eceng gondok bukanlah gangguan, melainkan peluang.
Batang tanaman ini dikumpulkan dan dijadikan bahan baku kerajinan, mulai dari tas, topi, mainan anak, ikat pinggang hingga keranjang. Dalam sehari, Karyono mampu mengumpulkan sekitar tiga hingga empat kilogram batang eceng gondok.
Proses pengolahan dimulai dengan menjemur batang eceng gondok selama tujuh hari, memanfaatkan sinar matahari sebagai pengering alami. Setelah kering, satu kilogram batang eceng gondok dijual seharga Rp60.000 ke pengrajin di Yogyakarta.
“Biasanya eceng gondok tumbuh subur saat musim hujan. Saya manfaatkan waktu luang, karena belum menggarap sawah,” ujar Karyono yang rela berendam di rawa berjam-jam dengan alat seadanya demi mengumpulkan tanaman tersebut.
Menurutnya, belum banyak petani yang tertarik memanfaatkan eceng gondok karena menganggapnya tanaman liar yang tidak bernilai. Padahal, menurutnya ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan, terutama saat musim tanam belum tiba.
Tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, aktivitas Karyono juga turut membantu upaya pemerintah dalam membersihkan saluran air dari gulma yang memicu banjir.
Camat Margadana, Ary Budi Wibowo menyebut bahwa eceng gondok kerap menutupi aliran sungai dan saluran air di wilayahnya. Untuk membersihkan eceng gondok, dia menerjunkan satu tim kebersihan setiap hari ke sejumlah titik-titik tertentu.
“Petugas melakukan kerja bakti setiap hari untuk membersihkan sampah dan eceng gondok,” ujarnya.
Ary mengapresiasi inisiatif Karyono yang tidak hanya membantu ekonomi keluarga, tetapi juga lingkungan sekitar.
“Langkah seperti ini harus didukung karena membawa manfaat ganda bagi masyarakat,” pungkasnya. (**)