BREBES, smpantura – Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat membagikan Alat Sadap Mekanik (Asameka) kepada para mitra kerja penyadap getah pinus di wilayah BKPH Salem dan Bantarkawung.
Kegiatan ini berlangsung Rabu (2/7/2025) di Desa Wisata Aji Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes, kawasan hutan petak 27e RPH Kretek.
Sebanyak 43 Ketua Kelompok Tani Sadap (KTS) menerima langsung alat sadap tersebut, yang disertai dengan pembekalan dan sosialisasi teknis penggunaannya di lapangan.
Asameka diperkenalkan sebagai alat bantu yang mampu meningkatkan efisiensi kerja serta kualitas dan kuantitas produksi getah pinus.
Administratur KPH Pekalongan Barat, Prasetyo Lukito, mengatakan bahwa pembagian Asameka ini merupakan bagian dari upaya percepatan implementasi teknologi tepat guna dalam sistem penyadapan.“Kami berharap alat ini bisa segera digunakan di lapangan. Selain lebih praktis, Asameka juga dinilai lebih efisien. Harapannya, hasil getah meningkat dan target produksi bisa tercapai,” ujarnya.
Para mitra penyadap juga mendapat pembekalan teknis seputar penggunaan alat sadap sesuai petunjuk kerja (PK), termasuk cara penyadapan yang ramah terhadap pohon namun tetap menghasilkan hasil optimal.
Kegiatan ini turut dihadiri jajaran Asper, KBKPH, mandor, KRPH, dan perwakilan dari Divisi Regional Jawa Tengah. Bagas Avianto, Kasi Utama Produksi Non Kayu Divre Jateng, menyampaikan bahwa program pembagian Asameka ini dilaksanakan serentak di delapan KPH penghasil getah pinus se-Jawa Tengah.“Alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun kami percaya, jika dimanfaatkan dengan baik, Asameka bisa mendorong peningkatan pendapatan para mitra penyadap di lapangan,” ungkapnya.
Salah satu Ketua KTS dari BKPH Salem, Heru Indra Lesmana, mengaku senang bisa menerima alat tersebut.“Terima kasih kepada Perhutani yang terus membina kami. Semoga dengan alat baru ini, hasil getah bisa bertambah dan penghasilan kami pun meningkat,” katanya.
Asameka atau Alat Sadap Mekanik merupakan inovasi penyadapan getah pinus yang dirancang untuk mempercepat proses quare—luka sadap pada batang pohon—dengan lebih presisi dan hemat tenaga. Alat ini dinilai cocok untuk membantu para penyadap bekerja lebih efektif, sekaligus menjaga kelestarian pohon.
Dengan adanya pembagian alat ini, Perhutani berharap dapat terus mendampingi masyarakat sekitar hutan, khususnya para petani hutan, agar bisa meningkatkan produktivitas tanpa meninggalkan prinsip kelestarian. (**)