BATANG, smpantura – Wacana penerapan lima hari kerja di satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menimbulkan gelombang penolakan dari berbagai pihak. Termasuk penolakan dari Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an (Badko TPQ) se-Kabupaten Batang.
Terkait hal ini, Badko TPQ Kabupaten Batang melakukan audiensi dengan Komisi IV DPRD Batang, Rabu (16/7). Ketua Badko TPQ Kabupaten Batang, Maskur menyatakan, setelah melalui berbagai pertimbangan dan diskusi dengan sejumlah pihak, seperti Pengurus Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT), serta kajian dari aspek filosofis, yuridis, faktual, sosial, dan kultural, akhirnya tercapai kesepakatan bersama.
”Jadi semua sudah komprehensif. Kita semua satu sepakat, baik dari pemerintah daerah, DPRD, maupun kami, sepakat untuk menunda dulu penerapan wacana lima hari sekolah di Kabupaten Batang,” ucapnya.
Maskur menegaskan, aspirasi para guru TPQ dan madrasah diniyah juga telah disampaikan dalam forum audiensi di Komisi IV DPRD Kabupaten Batang yang dipimpin langsung oleh Ketua Komisi IV, Tofani Dwi Arieyanto. Mereka secara tegas menolak wacana lima hari sekolah karena dinilai berpotensi membawa dampak negatif bagi anak-anak dan lembaga pendidikan nonformal seperti TPQ dan madrasah diniyah.
Ia mengungkapkan, salah satu alasan penolakan adalah karena hari sabtu, yang dalam wacana lima hari sekolah akan menjadi hari libur, tidak lantas menjadi waktu berkualitas bersama keluarga di daerah seperti Batang.
”Kalau di Kecamatan Bawang misalnya, di hari Sabtu orang tua tetap bekerja. Kalau anak-anak libur, malah di rumah tidak ada yang mengawasi. Justru kemungkinan besar mereka malah main game atau kegiatan lain tanpa pengawasan,” terangnya.
Selain itu, Maskur juga menyoroti persoalan jadwal belajar anak-anak. Ia khawatir jam pulang sekolah yang mundur akan mengganggu aktivitas mereka di TPQ dan madrasah diniyah.
”Sekarang khan seperti pukul 13.00 WIB atau 14.00 WIB sudah berlaku untuk TPQ dan madrasah. Kalau wacananya anak-anak SD kelas 1 sampai kelas 6 pulang pukul 13.00, dan SMP sampai pukul 14.25, takutnya anak-anak yang seharusnya ke TPQ jadi tidak punya waktu untuk istirahat sebentar.”
Bagi Badko TPQ, keberlangsungan kegiatan keagamaan di luar sekolah tak kalah pentingnya untuk pembentukan karakter dan moral generasi muda. Karena itu, mereka berharap wacana lima hari sekolah benar-benar dikaji matang agar tidak mematikan aktivitas pendidikan nonformal yang selama ini sudah berjalan baik.
”Intinya, aspirasi dari guru-guru TPQ dan madrasah diniyah sudah kami sampaikan dan diterima. Kami menolak wacana itu karena banyak pertimbangan yang tidak sesuai dengan kondisi sosial masyarakat di Batang,” tuturnya. (**)