Slawi  

Luar Biasa, Pemuda Asal Tegal Ini Jadi Panelis di Forum ASEAN For the Peoples Conference

SLAWI, smpantura – Ketua Indonesian Youth Diplomacy, Muhammad Syaeful Mujab selaku tampil sebagai panelis dalam forum internasional ASEAN For The Peoples Conference di Jakarta pada 4 dan 5 Oktober 2025. Pemuda asal Tegal ini berbicara tentang tantangan dan peluang pekerja di masa depan.

Forum ASEAN For the Peoples Conference adalah konferensi independen terbesar bagi masyarakat sipil di kawasan Asia Tenggara, di mana komunitas dari 11 negara turut hadir. Acara ini diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), komunitas kepemudaan yang digagas oleh Dino Patti Djalal. Beberapa tokoh nasional dan regional juga hadir, seperti José Ramos-Horta dari Presiden Timor-Leste, Pita Limjaroenrat sebagai Anggota Parlemen Thailand 2019/2024. Lalu, Anthea Ong sebagai Nominated Member of Singapore Parliament 2018-2020, Ebra M. Moxsir dari National President of Imam Council of the Philippines. Hadir pula Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta 2017/2022, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020/2024, Yenny Wahid selaku Direktur Wahid Foundation, dan berbagai figur lain dari dunia akademik, jurnalisme, wirausaha, dan masyarakat sipil. Selain itu, Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, Kandidat Parlemen Singapura dan Aktivist Filipina.

Menurut Mujab, kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) ibarat dua sisi mata koin: menawarkan keuntungan sekaligus menimbulkan tantangan sosial. “Kemajuan teknologi saat ini belum dirasakan secara merata, baik secara geografis maupun dari segi sosial ekonomi,” ujarnya.

BACA JUGA :  Widodo Joko : Harus Bisa Mencetak Pramuka Garuda

Mujab menyoroti kelompok perempuan dan masyarakat pedesaan, yang masih berjuang mendapatkan akses internet dan teknologi yang layak untuk bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin digital. Oleh sebab itu, ia menekankan perlunya pendekatan yang tidak hanya fokus pada peningkatan kapasitas teknis. Harus ada kebijakan yang tepat untuk mengatasi ketimpangan yang ditimbulkan oleh teknologi. “Teknologi seharusnya dapat membuka peluang-peluang baru, bukan menjadi alat yang memperluas ketimpangan sosial,” tegasnya.

error: