SLAWI, smpantura – Kesenian sintren tumbuh subur di wilayah pesisir utara Jawa dari Subang, Jawa Barat hingga Kendal, Jawa Tengah. Kesenian yang kental dengan aroma mistis ini, masih lestari di Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal. Bahkan, di desa yang penduduknya mayoritas petani ada 4 kelompok kesenian sintren.
Kesenian satu ini kerap menyedot massa saat pertunjukan. Gadis berpakaian tari dengan paras cantik menjadi pemicu dan magnet pertunjukan kesenian sintren. Dengan nuansa magis yang kental, kesenian ini diawali dengan pertunjukan tarian tradisional.
Penari perempuan dengan busana sintren, menarik para penonton dengan mengalungkan selendang yang dipakainya. Suasana itu semakin meriah dan banyak penonton ikut berjoged. Penari yang sejak awal menari disinyalir di rasuki mahluk halus. Bahkan, beberapa penonton juga ikut kesurupan yang akhirnya ikut berjoged. Atraksi sintren semakin menantang dengan berjodeg di atas tangga. Selain itu, sintren yang dimasukan kedalam kurungan dengan tangan di ikat, menjadi pertunjukan yang tidak kalah menarik. Selain sintren, juga di masukan pakaian sintren. Saat keluar, Sintren telah mengenakan pakaian rapi, dan langsung berjoged.
“Sintren merupakan budaya masyarakat Jatilaba pada saat musim kemarau. Tujuannya agar masyarakat terhibur,” kata Kades Jatilaba, Jumadi saat ditemui di kantornya, Senin 13 Oktober 2025.
Desa Jatilaba merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya menekuni pertanian, baik padi, jagung dan tanaman palawija lainnya. Wilayah yang mengandalkan air hujan untuk pertanian, sehingga saat musim kemarau, banyak yang tidak menanam. Warga yang menganggur dihibur dengan pertunjukan sintren.


