Tegal  

Mejasem, Transformasi Rural-Urban (Habis)

Ahli Perancangan Kota, Abdullah Sungkar, S.E., S.T., M.T.

TEGAL, smpanturaDensity is Matter, kepadatan penduduk sebuah kota itu penting untuk tumbuh dan berkembang menjadi kota yang lebih besar. Jika data terlampir benar adanya, maka itu pertanda yang menggembirakan bagi Kota Tegal.

Data pertumbuhan jumlah penduduk Kota Tegal sejak 1999 sangat lambat pada kisaran angka 245.000-255.000 jiwa. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan kepadatan, antara lain, migrasi warga kota ke wilayah pinggir kota (peri-urban) untuk mencari lahan hunian murah.

Sejak awal pertumbuhannya dekade 1970-1980an ‘distrik’ Mejasem tumbuh menjadi ‘kota’ yang dihuni ribuan orang dengan KTP Kota Madya Tegal sesuai sebutan kota saat itu. Dan kini semakin meluas ke arah timur hingga melampaui Desa Pacul.

Berandai jika Kota Tegal tidak mengalami kebocoran migrasi jumlah warganya, maka populasinya mungkin sudah jauh di atas angka 300.000 jiwa. Kepadatan penduduk ini juga akan tumbuh bersama wilayah terbangun Kota Tegal.

BACA JUGA :  Pesta Rakyat Simpedes Dorong Kebangkitan UMKM

Kata ‘matter’ bukan berarti hanya penting atau substantif, tapi juga bermakna ‘masalah’. Pada satu sisi kepadatan adalah mesin pertumbuhan kota yang canggih, pada sisi lain kepadatan membawa konsekuensinya sendiri.

Tingginya kepadatan penduduk iika dikelola dengan baik dan benar, maka akan menjadi potensi ekonomi yang menjanjikan. Pasar akan tumbuh sesuai pertumbuhan jumlah warga kota.

Infrastruktur dasar kota dan ruang publik juga mudah dikembangkan karena jumlah pengunjung bukan lagi masalah.

Kepadatan yang tinggi akan menjadi masalah, ketika Pemerintah Kota Tegal tidak responsif terhadap keadaan.

Seperti, bagaimana menjaga kepadatan dengan supply rumah murah atau bentuk hunian lain yang memadai.

error: