- Menjawab Kekhawatiran Wali Santri
TEGAL, smpantura – TPQ Baitusyifa yang berada di perumahan Tegal Residence, Kelurahan Debong Kulon, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, menggelar pertemuan dengan Dewan Koordinator Pusat Metode Qiraati Semarang, Minggu (4/6).
Hal itu dilakukan, menyusul adanya kegaduhan lembaga dan kekhawatiran wali santri terhadap metode pembelajaran di TPQ Baitusyifa.
Ketua Lembaga Pendidikan Yayasan Baitusyifa, Mumbani mengatakan, kekhawatiran wali santri terjadi akibat kebijakan pengurus koordinator cabang dan kecamatan Qiraati Tegal, yang memilih menggunakan metode pembelajaran lima jilid. Imbasnya, sekitar tujuh pengajar memilih untuk mengundurkan diri.
“Bersama itu juga secara otomatis lembaga di atasnya seperti korcab dan korcam, melepaskan diri dari TPQ Baitusyifa, karena TPQ Baitusyifa, memilih menjalankan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode qiraati yang diciptakan KH. Dachlan Salim Zarkasyi, yaitu metode Qiraati enam jilid,” ujarnya.
Menurut Mumbani, dari sekitar 120 TPQ di Kota dan Kabupaten Tegal, yang menggunakan metode Qiraati, hanya TPQ Baitusyifa, yang masih mempertahankan pengajaran metode Qiraati dengan enam jilid.
Efek dari kejadian itu berkembang isu yang bahwa TPQ Baitusyifa, telah keluar dari metode Qiraati, dan bahkan diisukan telah tutup dan berafiliasi ke aliran tertentu.
“Acara ini untuk menangkis isu yang berkembang tersebut,” tambah Mumbani.
Pertemuan tersebut juga dihadiri sekitar 150 wali santri TPQ Baitusyifa. Dengan hadirnya wali santri, kekhawatiran mereka bisa terjawab langsung, sehingga mereka akan tetap nyaman mempercayakan pendidikan anak-anak mereka ke TPQ Baitusyifa.


