Sementara itu, dalam Program Speling Melesat juga terdapat TB Express. Kegiatan tersebut merupakan terobosan untuk penemuan kasus tuberkulosis menggunakan alat X-Ray Portable Rapid Early Screening System. Program ini bertujuan untuk mengakselerasi penurunan tuberkulosis sampai 50%.
“TBC di wilayah kita juga menjadi prioritas. Begitu kita dapatkan melalui alat kita yang mobiling atau X-Ray portable itu, jadi tugasnya melakukan tracing mereka yang terpapar seperti model covid itu. Kemudian diobati, diawasi secara berkala, dan dievaluasi sampai tuntas,” jelasnya.
Data tuberkulosis berdasarkan Buku Saku Dinkes Jawa Tengah Triwulan II 2025 tercatat estimasi ada 107.488 kasus. Jumlah penemuan kasus tuberkulosis per 30 September 2025 sebanyak 63.398 kasus atau 58,98%.
Berdasarkan hasil program Speling Melesat, tercatat ada 9.140 orang skrining gejala. Selanjutnya 1.847 orang telah melakukan rontgen thorax (dada) dengan 626 orang hasilnya sugestif. Sementara yang ditindaklanjuti dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) sebanyak 525 orang.
“Jumlahnya sudah banyak,” kata Ahmad Luthfi.
Sementara itu, Sekjen Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, mengatakan, angka kasus tuberkulosis di Indonesia nomor dua terbesar di dunia. Maka harus konsentrasi untuk menurunkan angka tersebut dengan target tahun 2030 menjadi nol kasus tuberkulosis.
“CKG dan Speling Melesat salah satunya mengecek apakah masyarakat ada TB atau tidak. Kalau hasilnya positif kan sudah diketahui by name by address, kemudian kita lihat tindak lanjutnya. Termasuk cek orang di sekitar karena kita harus cegah penyebarannya,” katanya.