SLAWI, smpantura – Bulan Ramadhan telah memasuki hari ke-7, apakah masih Istiqomah berpuasa?. Memang tubuh serasa lemas dan malas untuk beraktivitas selama puasa. Bahkan, orang berpuasa lebih cenderung ingin berbaring di tempat tidur.
Banyak orang muslim beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Dilansir dari NU Online, tiap bulan Ramadhan hadits ini menjadi andalan orang untuk mengutamakan tidur. Karena saking hebatnya puasa, tidurnya pun berstatus sebagai ibadah. Berikut hadits yang menjelaskan tentang hal ini:
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).
Keutamaan puasa sangat luar biasa, tapi Hlhadits ini seringkali dipolitisasi oleh sebagian masyarakat sebagai pembenaran bersikap malas-malasan dan banyak tidur saat menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Padahal pemikiran demikian tidaklah benar, sebab salah satu adab dalam menjalankan puasa adalah tidak memperbanyak tidur pada saat siang hari. Imam al-Ghazali menjelaskan:
“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246)
Lantas bagaimana sebenarnya maksud dari tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah? Apakah terdapat ketentuan khusus agar tidurnya orang berpuasa menjadi ibadah?
Tidur memang bisa berkonotasi negatif sebab identik dengan bermalas-malasan. Namun di sisi lain, tidur juga dapat bernilai positif jika digunakan untuk mempersiapkan hal-hal yang bernuansa ibadah, seperti untuk mempersiapkan fisik dalam menjalankan ibadah. Hal ini seperti keterangan dalam kitab Ittihaf sadat al-Muttaqien: