Kera-kera yang mendekat untuk mendapatkan makanan dari pengunjung bertingkah lucu. Ada yang memiliki ekor panjang ada pula yang berbadan besar. Tingkah mereka cukup membuat rasa lelah usai menempuh perjalan hilang.
Menurut pedagang jumlah kera Candi Batur mencapai 1.200 ekor. Kepala Desa Bulakan, Sigit Pujiyanto mengatakan kera-kera Candi Batur hidup berkoloni sebanyak delapan koloni.”Mereka menghuni hutan lindung Brama Kendali yang di dalamnya terdapat mata air,”kata Sigit.
Kera dan pohon-pohon di hutan tersebut tetap lestari sampai sekarang lantaran ada penjagaan dari warganya melalui kepercayaan-kepercayaan. Menurut Kades warganya tidak berani mengambil material dari huta lindung sebab apabila nekat membawa material ke rumah maka akan hadir di dalam mimpinya makhluk yang akan memintanya untuk mengembalikan.
Sementara mata air di dalam hutan lindung ada empat antara lain Tuk (mata air) Wadonan yang dijaga oleh mahluk halus Nyai Rantan Sari dari Teluk Penyu, Tuk Siduda dijaga oleh Dewi Mas Kuncung dari Sokaraja, Tuk Nyai dijaga oleh Nyai Ajeng Melati dan Tuk Srengseng dijaga oleh Nyai Khotijah Srengseng dari Banten.
Ada kepercayaan apabila mandi di tuk-tuk tersebut maka akan mendapatkan berkah. Karena itu banyak pengunjung baik dari Pemalang maupun luar kota yang datang, tidak hanya bercengkerama dengan kera-kera Candi Batur namun juga menyempatkan mandi untuk mendapatkan berkah.
Namun demikian ada pantangan bagi pengunjung yang tidak boleh dilakukan yaitu agar menghindari memakai pakaian berwarna hijau gadung. Apabila ada pengunjung yang memakai baju hijau gadung maka pengelola akan memintanya untuk mengganti, pengelola juga menyediakan kain sebagai baju pengganti.


