“Sayangnya, kami tidak punya alat gamelan sendiri. Selama ini, kami saat pertunjukan atau latihan pinjam milik SD Kedawung,” ujar pria yang menyampaikan kebutuhan gamelan saat pertunjukan Jaran Ebeg, diantaranya Saron, Demung, Gong, Rampak, dan Bonang.
Tak hanya itu, para pemain Jaran Ebeg Kedawung juga jarang berlatih, karena tidak ada tempat untuk latihan. Mereka berlatih saat akan ada pertunjukan, sehingga regenerasi pemain juga stagnan. Beberapa pemain juga telah berusia lanjut, dan tidak ada penggantinya. Jika ada yang meminta untuk tampil, dan salah satu pemain berhalangan, maka harus mencari seniman lainnya dari luar desa.
“Kami berharap ada kepedulian pemerintah untuk melestarikan Jaran Ebeg Kedawung. Jika hanya seperti kondisi saat ini, maka kesenian Jaran Ebeg akan kembali mati suri,” ujar Tri Arnomo. (T05_Red)