Tegal  

BKB HIU Dorong Percepatan Penurunan Kasus Stunting di Kota Tegal

TEGAL, smpantura – Setelah sukses menurunkan angka stunting, melalui beberapa program, Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, kembali mencoba inovasi baru, untuk mencapai target di bawah sepuluh persen.

Melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DPPKBP2PA), Pemkot Tegal menggagas program Bina Keluarga Balita Holistik Integratif Unggulan (BKB-HIU).

Sebagai percontohan, program tersebut akan diterapkan di BKB Kartini, Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal, M Afin mengatakan, BKB HIU merupakan integrasi dari Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu dan Pos PAUD.

Secara umum, BKB HIU bertujuan untuk terselenggaranya pengasuhan positif ibu hamil dan anak usia 0-23 bulan untuk percepatan penurunan stunting.

“Peran dan pelibatan orang tua dalam pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sangat penting untuk dilaksanakan melalui pemberian layanan pemenuhan kebutuhan esensial anak usia 0-23 bulan di BKB HIU,” ungkap M Afin saat menghadiri acara di Ruang Adipura Balai Kota Tegal, Rabu (20/9).

Adapun layanan BKB HIU meliputi administrasi kependudukan dan pemilikan jaminan kesehatan, pengasuhan atau parenting bersama, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, pembentukan karakter anak, promotif preventif pemeliharaan kesehatan, gizi dan perlindungan anak serta rujukan atau konseling atau perawatan atau bansos.

BACA JUGA :  Bawaslu Konsolidasikan Pengawasan Pemilu 2024 bersama Mitra Strategis

Diketahui, Kelurahan Kraton, memiliki sekitar 15 posyandu, empat Pos PAUD dan dua BKB. Semuanya itu akan diintegrasikan untuk bergerak bersama memantau tumbuh kembang anak.

Afin berharap, BKB Kartini dapat maksimal dengan mewujudkan penurunan angka stunting di Kelurahan Karton, sebanyak 50 kasus.

“Percuma jika dijadikan contoh, tetapi stuntingnya tetap. Jika ada kasus 50 stunting, dengan jumlah RT sebanyak 74, maka saya yakin untuk satu RT bisa guyub menjadikan anak tersebut sehat,” tegasnya.

Ditambahkan Afin, dibutuhkan komitmen dan keseriusan bersama untuk bergerak, sehingga menyentuh dunia usaha untuk memberikan bantuan.

Sebab, penanganan stunting tidak lepas dari peran serta pemerintah, masyarakat, pengusaha, akademisi dan media atau disebut pentahelix.

“Jika di Kelurahan Tegalsari, bisa dibantu dengan CSR untuk pemenuhan gizi. Mungkin di Kelurahan Kraton, bisa ke pembangunan fisik. Apakah itu sanitasi, jambanisasi atau lainnya,” tandas Afin.

Dengan infrastruktur yang memadai, maka bukan tidak mungkin dapat menciptakan lingkungan yang semula tidak sehat menjadi sehat. (T03-Red)

error: