Slawi  

Budidaya Tembakau Terus Dikembangkan di Tegal

Budidaya tembakau berkembang di Kabupaten Tegal

Untuk menyiasati gagal panen sayur, Umam dan kelompoknya mencoba budidaya tembakau. Berbeda dengan sayuran, di masa sulit air ini tanaman tembakau dapat tumbuh dengan baik.

“Kami beralih ke tembakau karena masalah pengairan. Di bulan Maret-Mei petani hanya mengandalkan air hujan. Akibatnya tanaman sayur kerap gagal panen,” jelas Umam.

Menurut Umam, petani tidak mengalami kesulitan memasarkan tembakau, karena banyak tengkulak lokal maupun dari Temanggung yang telah bermitra dengan perusahaan rokok .

Soal harga, kata Umam, juga bisa lebih tinggi dibanding sayuran. Untuk daun basah bagian terbawah (koseran) dihargai Rp 1.500 per kilogram. Harga ini lebih dari itu tergantung dengan kualitas daun yang dihasilkan.

Saat harga anjlok, petani juga bisa mengolahnya sebagai tembakau iris (rajang) atau menyimpannya sebagai tembakau kering. Dengan cara ini, petani bisa menjual dengan harga lebih tinggi.

BACA JUGA :  3.221 Banser Ikuti Longmars Pembaretan

“Untuk tembakau kering semakin lama disimpan, harganya bisa mencapai tiga kali lipat,”jelas Umam.

Panen tembakau biasa dilakukan setelah tanaman berusia empat bulan. Panen dilakukan bertahap dari daun paling bawah, kemudian ke tengah dan atas. Untuk panen bisa dilakukan dalam waktu satu bulan.

“Panen di bulan Juli sampai Agustus. Dimulai dari daun paling bawah atau yang dikenal koseran, dilanjutkan ke bagian tengah dan atas. Untuk koseran bisa dihargai Rp 1.500 per kilogram, sedangkan yang paling atas bisa mencapai Rp 7.000 per kilogram, tergatung dengan kualitasnya,”terangnya.

Sementara untuk tembakau sundukan yang telah dikeringkan , harga koseran bisa mencapai Rp 20.000 per kilogram. Daun paling atas bisa Rp 35.000 per kilogram.

error: