BREBES, smpantura.news – Bantarkawung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Brebes. Bahasa Sunda adalah bahasa sehari-hari yang digunakan warga di wilayah tersebut.
Namun, ada satu desa yang memiliki dua bahasa sehari-hari. Desa ini bernama Pangebatan. Ya, sekitar 15.000 jiwa yang bermukim di desa itu mampu menguasai dua bahasa. Yaitu bahasa Sunda dan Jawa. Kedua bahasa ini hidup berdampingan dalam setiap aspek kehidupan warga.
“Iya benar. Ada dua bahasa sehari-hari yang digunakan warga desa kami. Yaitu bahasa Sunda dan Jawa,” kata Sekretaris Desa Pangebatan, Agus Supriyanto, Selasa (25/6).
Menurut Agus, kedua bahasa itu dapat dipahami dengan baik sekalipun bahasa Sunda-lah yang menjadi bahasa ibu di desanya. Artinya, penutur bahasa Sunda dapat mengerti bahasa Jawa, demikian pula sebaliknya.
“Sejak kecil sampai sekarang, bahasa sehari-hari di rumah menggunakan bahasa Jawa. Tapi saya juga mengerti dan bisa berkomunikasi dengan bahasa Sunda walaupun terbatas pada Sunda kasar. Demikian pula sebaliknya,” kata dia.
Dipaparkan Agus, sebagai bagian dari wilayah administratif Kecamatan Bantarkawung, warga asli Desa Pangebatan merupakan penutur bahasa Sunda asli.
Namun seiring perkembangan zaman, banyak warga pendatang (Jawa) sehingga menyebabkan adanya percampuran dua bahasa dalam sosialisasi kehidupan bermasyarakat.
Meski terdapat dua bahasa, Agus menyatakan tidak pernah ada konflik atau kendala dalam interaksi sosial masyarakat. Dia mencontohkan aktivitas Pasar Buaran yang selama ini menjadi tempat bertemunya warga dengan masing-masing bahasa ibu.
“Tidak ada kesulitan yang dijumpai baik oleh penjual maupun pembeli. Baik penutur Sunda maupun Jawa sudah saling memahami,” katanya.
Dwibahasa yang dimiliki warga juga memperkaya khasanah budaya. Salah satu contoh dalam adat pernikahan. Ada yang menggunakan adat Jawa, adapula adat Sunda. Semuanya berjalan harmonis.
“Demikian pula dengan keseniannya, ada rudat, kentongan, calung dan jaipong,” kata dia.
Agus menambahkan, dwibahasa yang dimiliki warga tersebut akan lebur pada acara-acara yang bersifat resmi.
“Ketika ada rembug desa, tentu saja bahasa nasional yang digunakan,” pungkasnya. (T06-Red)