SLAWI, smpantura.news – Aksi pengunduran diri 10 orang pengurus dan anggota Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tegal dari struktur organisasi, dilakukan di depan makam almarhum Ki Enthus Susmono, di Desa Bengle Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, Jumat (1/9) sore.
10 orang yang mundur dari struktur organisasi Ansor dan Banser yakni, Wakil Kepala Satkorcab Banser, Kepala Satsus Balakar, Kepala Satsus Basada, Kepala Satsus Bagana, Anggota Satsus Basada dan beberapa pengurus lainnya.
“Ansor tiga orang dan Banser tujuh orang,” kata Wakil Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Tegal Achmad Chanif.
Dikatakan, alasan pengunduran diri mereka, dikarenakan mestinya Ansor bersifat netral dan mandiri. Ansor dan Banser harus menolak jika dikendalikan oleh orang-orang di luar lingkaran Ansor maupun Banser. Tapi yang terjadi saat ini, sepertinya ada penggiringan massa kepada kader-kader Ansor untuk memenangkan salah seorang calon anggota legislatif (Caleg).
Bahkan, ada pula yang membentuk laskar-laskar untuk mendukung Caleg tersebut. Chanif juga kecewa ketika ada polemik mobil operasional PCNU Kabupaten Tegal yang ditarik lagi oleh anggota DPR RI selaku pemberi mobil tersebut.
“Intinya, ini ada indikasi politisasi di Ansor. Menurut saya, ini sebuah politik identitas, yang mana pesan dari Ketum GP Ansor bahwa kita harus melawan politik identitas,” tegas Chanif.
Menurut dia, kondisi Ansor dan Banser diibaratkan sedang sakit, dan sedang tidak stabil. Chanif menduga, badan otonom PCNU ini sedang dikendalikan oleh seorang tokoh politik yang bukan merupakan anggota maupun kader Ansor. Dengan hadirnya sosok politik itu, Chanif khawatir akan memperburuk citra Ansor dan Banser di Kabupaten Tegal.