SLAWI, smpantura – Dalam rangka Dies Natalis III, Universitas Bhamada Slawi mengadakan seminar nasional bertajuk “Life Balance dan Manajemen Stres” di Aula Drs Widodo Universitas Bhamada Slawi, Rabu (17/7/2014).
Seminar diikuti lebih kurang 1.700 peserta baik secara offline dan online yang dapat disimak secara gratis melalui zoom dan youtube Universitas Bhamada Slawi.
Seminar menghadirkan Kepala Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada Prof Dra Yayi Suryo Prabandari M.Si., Ph.D. dan
dosen D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi
Dr. Faisaluddin, M.Psi.,Psikolog.
Hadir dalam seminar Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur dan pimpinan Yayasan Tri Sanja Husada.
Dalam sambutannya Dr. Maufur berharap, seminar yang mengusung tema Life Balance dan Manajemen Stres ini dapat bermanfaat bagi peserta.
Dosen Universitas Bhamada Slawi Ike Putri Setyatama S.ST.,M.Kes yang juga moderator seminar yang membuka seminar menyampaikan stres akan memengaruhi kesehatan, pekerjaan, bahkan sampai kesejahteraan.
Suatu survei pada tahun 2022 menyebutkan, bahwa Gen Z adalah generasi yang rentang cemas dan stres.
” Oleh karena itu harus bisa memanagemen stres, mengelola stres untuk bisa menghasilkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari,”sebutnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK Prof. Yayi menjelaskan tentang kesehatan jiwa.
Lebih lanjut dijelaskan, menurut WHO, sehat dibagi menjadi tiga. Yang pertama sehat fisik seperti tidak mengalami sakit atau nyeri dan sebagainya, kemudian yang kedua sehat jiwa seperti senantiasa merasa baik, tidak emosi, atau stres.
Lalu yang ketiga adalah sehat sosial yaitu relasi atau hubungan dengan orang lain di sekitar yang berjalan baik tanpa konflik.
Menurutnya, satu pemicu yang menyebabkan seseorang di zaman modern mudah terkena stres yakni media sosial. Karena informasi menyebar sangat cepat.
Padahal seharusnya ketika memperoleh informasi harusnya segera diseleksi, apakah informasi yang diterima valid atau tidak.
Di sisi lain, penggunaan media sosial dan internet merupakan dampak globalisasi yang baik jika menggunakannya dengan bijak.
Seperti memberi fasilitas interaksi sosial dengan keluarga dan teman, menyediakan informasi, bahkan banyak media sosial yang memberikan konten-konten sehat seperti kesehatan mental yang begitu dibutuhkan pada remaja di zaman sekarang.
Menurut Prof Yayi cara mengatasi stres adalah dengan menyadari seberapa rentannya terhadap suatu isu.
Ia menekankan pentingnya berbagi cerita dengan orang lain, bukan pada media sosial.Kemudian perbanyak istirahat, pola makan dan olahraga, karena secara riset pun ketiga aspek itu memang berpengaruh pada kesehatan rohani tiap manusia bukan hanya jasmani saja.
Menurut Prof Yayi, untuk mendapat keseimbangan dalam kehidupan harus bisa mengatur waktu untuk keluarga, hobi dan diri sendiri.
Sementara dosen Universitas Bhamada Slawi Dr. Faisaluddin, M.Psi.,Psikolog. memberikan penekanan materi tentang manajemen stres khususnya kepada para mahasiswa.
Masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa sekarang adalah mereka tidak seimbang dalam kehidupan kuliah dan kehidupan sehari-hari.
Dr. Faisaluddin menyayangkan banyaknya mahasiswa yang tidur hanya 4-5 jam. Itu dikarenakan para mahasiswa selalu terikat pada gadget dan tidak terbiasa mengatur jadwal.
Mahasiswa sekarang terlalu sering mengejar deadline, itu disebabkan kecenderungan yang sulit untuk melepaskan diri dari media sosial. Sehingga yang diprioritaskan adalah bermain dulu baru tugas kemudian.
Dr. Faisaluddin menjelaskan bahwa stres adalah respon alami tubuh ketika sedang merasa terancam. Di dunia medis stres adalah hal wajar namun jika stres itu muncul setiap kali sampai berdampak buruk baik fisik dan mental maka harus diwaspadai.
Dr Faisaluddin berkata bahwa yang dihadapi bukanlah stres itu sendiri tapi pikiran buruk yang memperparah stres.
” Ubahlah mindset. Jika kita stres, lawan dengan pikiran-pikiran yang positif dan membangun. Ada sebuah kalimat bijak oleh Hens Selye “Its not stress that kill us, it is our reaction to it.” Atau bukan stres yang membunuh kita tapi reaksi terhadap stres atas itulah yang membunuh kita. (T04-red)