“Kertasari menjadi salah satu di antara desa-desa yang berhasil kami seleksi untuk mendapatkan bantuan program Desa Merdeka Sampah senilai Rp100 juta. Dan Kertasari termasuk satu diantara 14 desa yang sudah tidak lagi membuang sampahnya ke TPA Penujah karena selesai dikelola di tingkat desa,” ungkap Umi .
Di bawah pengelolaan BUMDes SCR Kertasari, sampah yang diambil oleh petugas dari rumah-rumah warga masuk ke TPS 3R untuk kemudian dipilah, dipisahkan antara material sampah yang bernilai jual ekonomi seperti kardus karton, botol kemasan atau gelas plastik air mineral, karet, hingga logam dengan sampah organik dan anorganik lainnya.
Adapun jumlah tenaga kerja yang terlibat pada proses pengelolaan sampah ini ada enam orang. Mereka bertugas menyeleksi sampah yang melewati konveyor sebelum masuk ke mesin pemilah sampah plastik dan sampah organik.
Sampah organik diolah dengan komposter menjadi pupuk cair, sedangkan sampah plastik seperti kantung kresek yang kondisinya baik dikumpulkan untuk dijual.
Dari proses pemilahan ini menyisakan sampah plastik residu, terutama kantung kresek kotor dan plastik kemasan yang tidak bernilai ekonomi.
Perlakuan terhadap sampah plastik residu di TPS 3R ini baru sebatas dibakar, mereka belum memiliki teknologi khusus yang mampu mengolahnya sehingga bernilai tambah.
Meski demikian, pihaknya mengapresiasi komitmen Pemdes Kertasari mengelola sampahnya secara mandiri, disamping membuka lapangan kerja baru bagi warganya.
“Saya mengapresiasi inisiatif Kades Kertasari untuk mengelola sampahnya sendiri. Tentunya ini sangat membantu kami menekan volume sampah yang masuk ke TPA. Kita tunggu inisiatif dari kades-kades lainnya mengikuti langkah Kertasari,” ujarnya. (T04-Red)