Tegal  

Dituduh Mencuri Uang, Pelajar SMP Swasta di Tegal Diduga Jadi Korban Perundungan

TEGAL, smpantura – Salah seorang pelajar SMP swasta di Kota Tegal berinisial PJ (13), diduga menjadi korban perundungan oknum guru dan pelajar lainnya. Akibatnya, PJ (13) diduga mengalami depresi dan tidak mau berangkat sekolah. Bahkan, seluruh seragam sekolahnya terpaksa dibuang.

Orang tua PJ, Gunawan mengatakan, kasus itu bermula saat teman sekelas putrinya yang duduk di bangku kelas VII akan mengikuti kegiatan outbound pada akhir Oktober ini.

“Tanpa sepengetahuan wali kelas dan guru, satu kelas melakukan iuran Rp 150 ribu untuk membuat jaket,” ungkap Gunawan kepada wartawan, Senin (16/10/2023).

Dari iuran itu, lanjut Gunawan, terkumpul dana sebesar Rp 1.950.000. Nahas, uang yang dipegang bendahara kelas hilang pada 1 Oktober 2023. Hilangnya uang iuran itu berbuntut panjang. PJ (13) diduga dituduh mengambil uang tersebut dan dipaksa untuk mengaku pada 12 Oktober 2023.

“Anak saya dirundung untuk mengakui bahwa dia yang mengambil uang. Sampai akhirnya dia dipanggil guru BK dan wali kelas. Saat pertemuan itu, diduga oknum guru mendesak anak saya untuk mengaku hingga menggebrak meja,” jelasnya.

Karena merasa terus ditekan, PJ dengan terpaksa mengaku mengambil uang tersebut. Peristiwa itu pun membuat PJ depresi. Hal itu dibenarkan Ibunda PJ, Misrotun yang menyebut bahwa sepulang sekolah usai pertemuan dengan wali kelas dan guru BK, putrinya berteriak histeris hingga menangis sejadi-jadinya.

BACA JUGA :  Pengunjung Pantai Batamsari Temukan Mayat Mengapung

“Belum masuk rumah, baru sampai teras tetiba anak saya menangis hingga berteriak histeris. Saat saya tanya, dia baru saja terpaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya,” ucap Misrotun.

Akibat peristiwa itu, Misrotun mengaku sempat dipanggil pihak sekolah untuk melakukan audiensi. Namun, belum ada hasil dari pertemuan tersebut. Hingga akhirnya, pada Senin (16/10/2023) Misrotun didampingi Gunawan kembali memenuhi undangan sekolah untuk audiensi.

Lagi-lagi, belum ada hasil yang memuaskan dari pertemuan tersebut. Pihak sekolah menyatakan kasus tersebut telah selesai.

“Audiensi dihadiri kepala sekolah, wali kelas, guru BK dan kesiswaan. Tadi kepala sekolah mengatakan, kalau anak saya masih mau sekolah nanti akan bilang ke teman-temannya. Tetapi jika tidak monggoh,” ungkap Misrotun.

Ditambahkan Misrotun, kepala sekolah menyayangkan pihaknya data memenuhi undangan audiensi dengan membawa media.

“Saya cuma memanggil wali murid, kenapa sampai ada media,” imbuh Misrotun menirukan ucapan kepala sekolah.

Saat wartawan meminta tanggapan kepala sekolah apakah boleh melakukan konfirmasi, pihaknya seakan enggan memberikan komentar.

“Tidak boleh, karena ini rumah saya maka saya berhak menolak,” singkatnya. (T03-Red)

error: