Di akhir pertunjukan, topeng plastik itu terdiam, terjebak dalam balutan dua plastik dan plastik lainnya. Sedangkan boneka Plas masih tetap tergantung.
Dengan menghadirkan panggung yang penuh dengan plastik, baik plastik yang menggunung ataupun plastik yang menjulur di berbagai arah membuat pementasan yang berdurasi 25 menit itu menjadi menarik.
Usai pertunjukan, Ketua Dokkar Puppet Theatre, Jenar Candria Bah menyampaikan bahwa isu plastik yang dipentaskan merupakan isu yang saat ini dialami masyarakat.
“Plastik memiliki nilai manfaat yang luar biasa. Tapi jika plastik tidak diurai atau dimanfaatkan secara benar maka hanya menjadi sampah dan menjadi persoalan di kehidupan kita, ” ujar Jenar.
Melalui lakon berjudul Plastik-plastik itu, Dokkar Puppet Theatre ingin menyampaikan pesan kepada penonton agar lebih bijak dalam memanfaatkan plastik dan mampu menjaga lingkungan dengan baik dari sampah plastik.
Sementara itu, Legok SM atau Seful selaku penulis naskah Plastik-plastik menyebut bahwa setiap pementasan yang dihadirkan Dokkar Puppet Theatre masih tentang lingkungan dan manusia.
“Lakon-lakon kami cukup ringan, sederhana dan masih dalam ruang lingkup lingkungan dan manusia. Ini bertujuan agar penonton dapat mencerna mudah pertunjukan kami, terutama bagi semua umur,” katanya.
Dalam pementasan, Dokkar Puppet Theater melibatkan beberapa orang di antaranya penulis naskah, Seful, penggerak boneka, Jenar, Hendra, Seful, pembuat boneka, Jenar, pemusik gonang dan penata lampu, Ais. **