TEGAL, smpantura – Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Tegal, Heru Prasetya, mengungkapkan bahwa rata-rata usia talud di sejumlah aliran sungai di Kota Tegal sudah mencapai 22 tahun.
Hal ini menjadi perhatian serius mengingat kondisi fisik talud yang semakin menurun dan rentan jebol.
Menurut Heru, talud-talud tersebut dibangun sekitar tahun 2003 melalui program bantuan pemerintah, saat kepemimpinan Wali Kota Tegal periode 1999-2009, Adi Winarso (almarhum).
Beberapa lokasi yang menerima pembangunan talud saat itu di antaranya aliran Sungai Sibelis, Kaligung, Kali Anyar dan Kali Pesing.
“Talud yang kita miliki saat ini rata-rata usianya sudah 22 tahun dan banyak yang mengalami kerusakan,” ujar Heru, Rabu (7/5/2025).
Heru juga menegaskan bahwa kerusakan tidak hanya terjadi di aliran Kali Anyar, Kecamatan Tegal Timur, tetapi juga di sejumlah titik lainnya.
Oleh karena itu, pihaknya kini mulai beralih menggunakan teknologi sheet pile dalam pembangunan dan perbaikan talud, seperti yang telah diterapkan di aliran Kali Siwatu.
“Dibanding batu belah, sheet pile memiliki kekuatan pancang yang jauh lebih baik. Panjangnya bisa mencapai 12 meter, di mana enam meter tertanam di bawah tanah dan enam meter muncul ke atas. Ini memberikan ketahanan lebih terhadap tekanan air dan tanah,” jelasnya.
Dia menambahkan, penggunaan batu belah memiliki kelemahan mendasar karena galian pondasinya hanya sekitar satu meter dan mudah tergerus aliran air.
Ini menyebabkan struktur talud lebih cepat rusak, terutama ketika menghadapi debit air tinggi dan rob.
Heru mengakui bahwa upaya perbaikan talud tua tidak mudah. Sebab, ada keterbatasan anggaran dan kewenangan pengelolaan.
Menurutnya, sebagian besar aliran sungai dan infrastruktur pendukung berada di bawah tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Kami terus mengusulkan perbaikan melalui Musrenbangwil maupun Musrenbangprov. Harapannya, seluruh talud di Kota Tegal bisa diperkuat dengan sheet pile agar tidak lagi terjadi jebol,” jelasnya. **
