Lebih lanjut dikatakan, untuk meningkatkan layanan teknis sebesar 5 persen tiap tahun menuju tahun 2030, maka dibutuhkan upaya keras. Salah satunya mencari sumber mata air baru di tiap desa dan menjaga atau merawat sumber mata air existing dengan melakukan konservasi alam sekitar. Sumber mata air yang ada di desa bisa dikerjasamakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di desa tersebut.
“Konservasi hutan dengan cara menanam pohon yang karakteristik akarnya dapat menjaga dan melestarikan sumber mata air harus tetap dilakukan. Ini untuk menjaga mata air agar tetap berkelanjutan,” terang Shaomy.
Terkait dengan tingginya kebocoran air di PDAM Kabupaten Tegal sekitar 28 sampai 30 persen, Shaomy membenarkan data tersebut. Jumlah itu terdiri dari pipa yang memang bocor, pencurian air dan tunggakan tagihan pelanggan.
“Non Revenue Water atau NRW ditargetkan oleh Pemerintah Pusat sekitar maksimal 25 persen,” katanya.
Ditambahkan, untuk meminimalisir NRW yang paling cepat dilakukan, yakni Upaya serius dalam penagihan tunggakan bayar. Selain itu, dilakukan Upaya peningkatan kapasitas dan kualitas unit reaksi cepat dalam penanganan permasalahan pada sistem jaringan distribusi, sehingga tidak banyak air yg terbuang.
“Digitalisasi dan otomatisasi skema jaringan dari hulu ke hilir juga merupakan Solusi untuk mengetahui dan mengantisipasi lebih cepat dalam pengendalian permasalahan kebocoran pada system jaringan, sehingga nanti termonitor dan bisa segera diperbaiki,” pungkasnya. **