Slawi  

Festival Folklore di Empat Negara, Rumah Seni Tegal Kenalkan Topeng Endel 

  • Raih The Best Choreography di Kota Sofia

SLAWI, smpantura – Tim kesenian dari Yayasan Rumah Seni Tegal belum lama ini mengikuti festival folklore di empat negara Eropa, yakni Slovenia, Bulgaria, Kroasia dan Turki.

Dalam lawatan seni ini, sebanyak 15 penari berusia 14-18 tahun menampilkan berbagai macam tari nusantara dari Aceh, Batak, Jawa Barat, Solo, Banyumas, Jawa Timur, Papua, Bali dan Tegal.

Sebanyak 15 tarian ditampilkan pada lawatan seni itu. Seperti Tari Saman, Tortor, Bajidor Kahot, Topeng Kelana, Senggot Banyumas, Glipang dan tak ketinggalan Tari Topeng Endel yang merupakan tari tradisional khas Tegal.

Ketua Tim dari Yayasan Rumah Seni Tegal, Asih Maya Sari mengatakan, festival folklore di empat negara itu berlangsung dari 25 Juni sampai 7 Agustus 2023.

Dalam jangka waktu 1,5 bulan mereka tampil di tujuh kota empat negara tersebut. Yakni di Slovenia, Kroasia, Sofia, Medzra, Kyustendil, Plovidiv dan Buyukcekmece.

Selama Penampilan mereka mendapat sambutan masyarakat di sana. Bahkan di Slovenia, mereka mengajarkan tari nusantara seperti Tari Senggot dari Banyumas dan Tari Saman dari Aceh.

“Mereka antusias belajar berbagai tarian, masing-masing punya ciri khas,”tutur Maya.

Menurut wanita yang sudah beberapa kali tampil menari di berbagai negara saat duduk di bangku kuliah, dalam festival folklore, pihaknya berusaha memperkenalkan seni budaya Tegal.

Diantaranya memperkenalkan Tari Topeng Endel. Mereka juga membawa topeng batik khas Solo/Yogyakarta untuk pertukaran cenderamata.

“Di setiap kota ada pertukaran cendera mata dengan walikota setempat. Kami menyerahkan topeng batik,”tutur Maya yang mendapat kesempatan bertemu dengan tujuh walikota dari Slovenia, Kroasia, Sofia, Medzra, Kyustendil, Plovidiv dan Buyukcekmece.

Di ajang internasional itu, kata Maya, mereka juga mengikuti kompetisi tari dan workshop. Prestasi membanggakan pada saat tampil di Kota Sofia Bulgaria. Mereka meraih The Best Choreography saat membawakan Tari Saman, Papua dan Glipang.

Sementara di Turki mereka menyerahkan cendera mata berupa pakaian Sinok Sitong atau pakaian khas Tegal untuk disimpan di museum.

Kesempatan itu,kata Maya, merupakan ajang yang sangat baik untuk mengenalkan kekayaan yang dimiliki Kabupaten Tegal seperti kuliner, produk khas termasuk pariwisata. Sayangnya, niat mereka kurang mendapat respon dari instansi terkait.

BACA JUGA :  Hadir di Kota Slawi, D'Limasen Sediakan Jajanan Buatan UMKM dan Wirausaha Pemuda Kabupaten Tegal

“Kalau negara lain membawa brosur tentang daerah atau negaranya, kami tidak ada,”tuturnya.

Diakui Maya, untuk berangkat mengikuti festival folklore ini,mereka mendapat bantuan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dana tersebut untuk keperluan membeli tiket pesawat bagi 15 penari.

Kedatangan para penari di Kota Slawi disambut oleh siswa MTs Terpadu Al Wathoniyah Slawi/Pondok Pesantren Al Wathoniyah dan pengurus Yayasan Marnadi Center, Senin (14/8).

Mereka disambut dengan dan masing-masing mendapat rangkaian bunga. Sementara Ki Waluyo dan istrinya Cahwati yang mengawaki Yayasan Rumah Seni Tegal juga mendapat pengalungan selendang dari Marsinggih Marnadi. Tampak hadir dalam kegiatan itu Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal Imam Joend.

Para penari diminta menceritakan kesan selama mengikuti festival folklore di empat negara. Sambil duduk lesehan para siswa menyimak cerita dan pengalaman duta seni dari Kabupaten Tegal ini.

Ketua Yayasan Marnadi Center, Marco Marnadi mengapresiasi Tim Kesenian dari Yayasan Rumah Seni Tegal yang telah mengharumkan nama Indonesia dan khususnya Kabupaten Tegal di mancanegara. Apalagi Tim dari Kabupaten Tegal meraih The Best Choreography saat tampil di Kota Sofia Bulagaria

“Jadi ini adalah obat kekecewaan masyarakat Kabupaten Tegal yang dalam ajang olahraga kemarin meraih urutan terakhir dari 35 kabupaten/kota di Jateng,”tutur Marco.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal Iman Joend.

“Itu artinya kita punya potensi di bidang seni dan budaya. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Melalui budaya, sebuah negara, sebuah daerah bisa maju, bisa dikenal oleh masyarakat dunia,”ungkap Imam Joend.

Imam menyontohkan, pada era 1980-an perfilman di Korea jauh dibawah Indonesia. Namun sekarang, Korea melaju pesat karena memiliki konsep membuat film menjadi budaya dan senjata mereka untuk maju.

“Ini menjadi cambuk bagi Kabupaten Tegal. Disisi lain prestasi olahraga kita membikin miris karena peringkat satu dari bawah, sementara disisi lain di bidang seni budaya kita punya prestasi luar biasa,”kata Imam Joend. (T04-Red)

error: