Tegal  

Fikri Faqih Apresiasi Kemendikbud-Ristek Angkat Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

TEGAL, smpantura – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mengapresiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), yang secara konsisten mengangkat kembali filosofi Merdeka Belajar yang diusung Pahlawan Pendidikan, Ki Hajar Dewantara.

Apresiasi tersebut diungkapkan Fikri Faqih, usai membuka Workshop Pendidikan dengan tema Aplikasi Aspek Keseimbangan Cipta, Rasa dan Karsa dalam Merdeka Belajar, yang berlangsung di Hotel Plaza Tegal by Horison, Sabtu (13/5).

Menurut Fikri Faqih, kegiatan serupa juga digelar Kemendikbud-Ristek beberapa waktu lalu di Pekalongan, dengan mengusung tema Kebangsaan. Hal itu juga dinilai sesuai dengan asas pendidikan.

“Prinsipnya adalah memanusiakan manusia dan kalau Ki Hajar Dewantara, memandang pendidikan itu bukan hanya satu institusi, melainkan tripusat pendidikan. Jadi ada sekolah, masyarakat dan keluarga,” katanya.

Fikri Faqih menyebutkan, apabila kurikulum saat ini betul-betul dilaksanakan dan kembali ke semangat pendidikan Ki Hajar Dewantara, maka di daerah-daerah akan lebih banyak memahami konsep kurikulum Merdeka Belajar.

Meski demikian, tidak sedikit guru yang mengalami kendala akibat keterbatasan sarana dan prasarana, dalam mengimplementasikan Merdek Belajar, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

“Jika filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara, muncul pada era sebelum dan sesudah kemerdekaan, maka penerapan saat ini menyesuaikan dengan perkembangan dan teknologi, yang konon banyak guru mengalami kendala akibat keterbatasan sarpras,” tandasnya.

BACA JUGA :  Dedy Yon Beri Kesempatan Kepala OPD Berkompetisi Jadi Pj Wali Kota Tegal

Selain itu, tidak seluruh kepala sekolah memahami Merdeka Belajar secara utuh. Terlebih kepala sekolah yang sekolahnya belum mengikuti sekolah penggerak.

“Jadi yang lebih banyak paham itu guru penggerak dan yang banyak mendapat pelatihan-pelatihan sampai detail itu guru penggerak atau juga di sekolah penggerak,” tegas Fikri.

Sementara, lanjut Fikri, bagi sekolah yang belum mendaftar menjadi sekolah penggerak maupun gurunya belum menjadi guru penggerak, kemungkinan besar masih ada kesenjangan atau gap.

“Di lapangan banyak yang mengeluhkan itu. Tetapi secara umum, tidak kalah banyak para guru yang merespon positif terhadap kurikulum itu,” imbuhnya.

Sementara, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud-Ristek, Praptono mengatakan, workshop pendidikan digelar dengan tujuan untuk lebih membumikan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara kepada stakeholder terdekat dari layanan pendidikan.

Workshop juga bertujuan memahamkan, bahwa implementasi Kurikulum Merdeka dengan pembelajaran yang berpihak pada siswa, sesungguhnya adalah nilai-nilai pendidikan yang digali dari filosofi yang telah ditelurkan oleh tokoh pendidikan nasional.

“Pertemuan ini lebih banyak menghadiri guru-guru, yang mungkin selama ini tidak tersentuh dengan teknologi dan tidak mengakses di platform merdeka mengajar, maka mereka bisa berhadapan langsung dengan narasumber yang kita hadirkan,” singkatnya. (T03-red)

 

error: