BREBES, smpantura – Gerakan Santri Menulis (GSM) yang dilaksanakan Harian Suara Merdeka, bisa menjadi pemicu kreativitas para santri untuk mengeluarkan ide-idenya, sehingga mampu menghasilkan karya yang bermanfaat. Hal itu menjadi harapan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bukhori Desa Sengon Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, KH Hudalloh Karim, usai acara pembukaan GSM di Ponpesnya, Rabu (12/4).
“Gerakan Santri Menulis ini, sebuah kegiatan positif yang kami harapkan bisa memicu kreatifitas santri mengeluarkan ide-idenya,” ungkap KH Hudalloh Karim.
GSM di Ponpes Al Bukhori itu, dibuka langsung Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudi. Pembukaan ditandai dengan membunyikan alat musik terbang bersama pimpinan ponpes, jajaran redaksi Suara Merdeka, dan tamu undangan. Kegiatan dihadiri Wakil Pimpinan Redaksi Suara Merdeka Rukardi bersama jajaran redaksi lainnya, Kepala Kementerian Agama (Kemenang) Kabupaten Brebes Fajarin, dan Sekretaris Camat (Sekcam) Tanjung Nanang Raharjo. Kegiatan diikuti puluhan santri dan mereka nampak antusias.
KH Huddalloh Karim lebih lanjut mengatakan, ide kreatif santri selama ini dinilai masih kurang berkembang. Hal itu kemungkinan karena para santri lebih banyak menghafal, sehingga ide kreatif menulis kurang berkembang. Untuk itu, adanya GSM dari Suara Merdeka itu bisa mendorong keinginan para santri untuk menulis.
“Santi ini, saya minta tidak hanya bisa membaca, tetapi harus bisa menulis. Sehingga mampun menelurkan karya-karya tulis yang luar biasa, dari berbagai bidang ilmu, termasuk kesehatan. Tidak kami pungkiri banyak ahli kesehatan dan pengobatan muncul dari kita (lulusan pondok atau santri-red),” terangnya.
Menurut dia, santri sejak zaman dulu, awal pendirian pondok pesantren, majelis taklim, tujuannya adalah mendidik dan bukan sekedar mengajar. Artinya, di ponpes itu tidak hanya terjadi transfer ilmu, tetapi juga ada transfer karakter dan kepribadian. “Inilah yang membedakan pondok dengan pendidikan di lembaga lain,” sambungnya.
Hal senada dikatakan Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudin. Dia mengatakan, Pemkab Brebes mengapresiasi GSM yang dilaksanakan Suara Merdeka tersebut. Kegiatan itu menjadi bagian penting agar karya-karya bidang agama yang dihasilkan oleh santri bisa bermunculan. Karya-karya santri itu sekarang sangat dibutuhkan. Apalagi saat ini di Brebes tercatat ada sebanyak 40.000 santri. “Jika setiap lima santri bisa menghasilkan karya, tentu akan banyak, dan bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, inklusifitas santri dangan penting. Artinya, dengan banyak karya dari santri juga akan membuka tabir kemampuan dan potensi para santri. “Ke depan, kami berharap gerakan menulis di pondok ini juga bisa dikembangkan kepa ustad. Sehingga mereka bisa melatih anak-anak didiknya cara menulis. Kemudian motifasi menulis juga perlu ditingkatkan kepada satri,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Pimpinan Redaksi Suara Merdeka, Rukardi mengatakan, GSM dilaksanakan semata-mata untuk mengungkapkan rasa cinta kepada santri. Selain membaca, salah satu tugas santri adalah menulis. Karena itu, keberadaan Suara Merdeka hanya sebagai memicu. “Kegiatan GSM ini di tahun 2023 sudah menginjak tahun ke-29, dan itu akan terus dilaksanakan Suara Merdeka ke depannya. Semoga ini bisa menjadi wadah amal jariah Suara Merdeka dan berkah bagi kita semua,” pungkasnya. (T07_red).